Selanjutnya, daging durian tersebut dihaluskan dan dibiarkan dalam wadah tertutup di suhu kamar selama beberapa hari.
Proses fermentasi ini penting untuk mengembangkan rasa asam dan aroma yang unik.
Selama fermentasi, mikroorganisme seperti bakteri asam laktat bekerja untuk mengubah kandungan gula dalam durian menjadi asam.
BACA JUGA:Pempek Adaan : Kuliner Ikonik dari Palembang yang Menggoda Selera
BACA JUGA:Eksplorasi Kuliner Nasi Liwet: Tradisi Kelezatan dari Solo!
Proses ini tidak hanya mengubah rasa, tetapi juga memberikan tekstur yang lebih kental pada tempoyak.
Setelah beberapa hari, tempoyak siap untuk digunakan.
Tempoyak biasanya memiliki warna kuning pucat hingga kekuningan dan memiliki aroma durian yang sangat kuat.
Rasa tempoyak bisa bervariasi tergantung pada lamanya fermentasi dan jenis durian yang digunakan.
BACA JUGA:Es Doger: Minuman Tradisional yang Menyegarkan dan Penuh Warna
BACA JUGA:Saparila: Minuman Tradisional dengan Cita Rasa yang Unik dan Nostalgia
Tempoyak dalam Kuliner Nusantara
Tempoyak adalah bahan yang sangat serbaguna dalam kuliner Nusantara.
Di Indonesia, terutama di wilayah Sumatera dan Kalimantan, tempoyak sering digunakan sebagai bumbu atau bahan tambahan dalam berbagai hidangan.
Salah satu penggunaan tempoyak yang populer adalah sebagai sambal atau pelengkap makanan.
BACA JUGA:Nagasari : Kue Tradisional yang Terus Memikat Hati