Ekspektasi ini muncul seiring dengan pelemahan sejumlah data ekonomi AS, seperti data tenaga kerja, inflasi, dan perumahan.
Data-data tersebut mengindikasikan bahwa ekonomi AS mungkin membutuhkan dorongan tambahan melalui kebijakan moneter yang lebih akomodatif.
Menurut CME FedWatch tools, peluang penurunan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin pada September 2024 cukup besar.
Hal ini membuat investor dan pelaku pasar mengantisipasi kebijakan tersebut, yang pada gilirannya memberikan tekanan pada dolar AS dan mendukung penguatan mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah.
BACA JUGA:UPDATE ! Kurs Rupiah Kamis 8 Agustus 2024 : Menguat 34 Poin Menjadi Rp16.001 per Dolar AS
BACA JUGA:UPDATE ! Kurs Rupiah Rabu 8 Agustus 2024 : Menguat 16 Poin Mencapai Rp16.149 per Dolar AS
Salah satu data yang menjadi perhatian adalah data pembangunan rumah di AS untuk bulan Juli 2024.
Data ini menunjukkan penurunan sebesar 6,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan ini dianggap sebagai indikator bahwa daya beli masyarakat AS mulai melemah, yang bisa memicu The Fed untuk mengambil langkah pemangkasan suku bunga guna mendorong pemulihan ekonomi.
Meskipun rupiah menunjukkan penguatan, Ariston tetap mengingatkan bahwa pasar masih dipenuhi ketidakpastian, terutama terkait dengan kebijakan moneter The Fed dan perkembangan ekonomi global.
"Potensi penguatan rupiah ke arah Rp15.600 per dolar AS masih terbuka, dengan resisten di sekitar Rp15.720 per dolar AS," ujar Ariston.
Namun, tantangan bagi penguatan rupiah tetap ada, terutama dari sisi eksternal.
Kondisi ekonomi global yang masih rentan terhadap berbagai guncangan, seperti konflik geopolitik, fluktuasi harga komoditas, serta dinamika kebijakan ekonomi negara-negara besar, dapat mempengaruhi stabilitas rupiah.
Selain itu, penguatan dolar AS yang didorong oleh kenaikan suku bunga The Fed dalam beberapa waktu terakhir juga menjadi salah satu faktor yang perlu diwaspadai.
Di dalam negeri, kinerja ekonomi Indonesia yang positif tetap menjadi salah satu faktor pendukung penguatan rupiah.
Neraca perdagangan yang surplus, inflasi yang terkendali, serta pertumbuhan ekonomi yang stabil menjadi fondasi kuat bagi stabilitas rupiah.