Kebijakan moneter yang responsif, termasuk intervensi di pasar valuta asing jika diperlukan, akan membantu menjaga rupiah tetap stabil di tengah dinamika pasar global.
Dalam jangka panjang, diversifikasi ekonomi dan peningkatan ekspor non-migas juga akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas nilai tukar.
Ketergantungan yang lebih rendah terhadap impor dan aliran modal asing akan membuat ekonomi Indonesia lebih tahan terhadap guncangan eksternal.
Penguatan rupiah pada perdagangan Senin, 19 Agustus 2024, mencerminkan sentimen positif pasar terhadap ekspektasi pemangkasan suku bunga AS pada September 2024.
Ekspektasi ini didorong oleh pelemahan sejumlah data ekonomi AS, termasuk data tenaga kerja, inflasi, dan perumahan.
Penguatan ini memberikan ruang bagi rupiah untuk bergerak menuju level yang lebih kuat, meskipun tantangan dari kondisi eksternal tetap ada.
Bagi Indonesia, penguatan rupiah membawa dampak positif, terutama dalam hal pengelolaan utang luar negeri dan biaya impor.
Namun, risiko terhadap sektor ekspor juga perlu diantisipasi.
Dengan kebijakan yang tepat dari pemerintah dan Bank Indonesia, prospek nilai tukar rupiah ke depan diharapkan tetap stabil dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.