Semakin besar surplus, semakin kuat posisi cadangan devisa Indonesia, yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan pasar terhadap rupiah.
Kondisi ini memberikan buffer yang lebih kuat bagi Indonesia dalam menghadapi gejolak ekonomi global, terutama terkait dengan fluktuasi nilai tukar dan ketidakpastian ekonomi internasional.
Dalam beberapa bulan terakhir, Indonesia telah secara konsisten mencatatkan surplus neraca perdagangan.
BACA JUGA:UPDATE ! Kurs Rupiah Selasa 6 Agustus 2024 : Turun 16 Poin Menjadi Rp16.205 per Dolar AS
BACA JUGA:UPDATE ! Kurs Rupiah Senin 5 Agustus 2024 : Menguat 35 Poin Menjadi Rp16.165 per Dolar AS
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk peningkatan permintaan ekspor komoditas unggulan seperti batu bara, minyak sawit, dan produk manufaktur.
Di sisi lain, impor cenderung stagnan, mencerminkan permintaan domestik yang stabil namun tidak menunjukkan lonjakan signifikan. Kombinasi ini telah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penguatan rupiah.
Selain faktor domestik, penguatan rupiah pada hari ini juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global, khususnya terkait dengan data inflasi AS.
Data inflasi AS untuk bulan Juli 2024 menunjukkan kenaikan sebesar 0,2 persen secara bulanan (month on month/mom), sesuai dengan ekspektasi pasar.
Namun, secara tahunan (year on year/yoy), inflasi AS mengalami penurunan menjadi 2,9 persen.
Penurunan inflasi tahunan di AS memberikan sinyal bahwa tekanan inflasi di negara tersebut mulai mereda, yang pada gilirannya mengurangi ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Bagi Indonesia, hal ini memberikan dampak positif, karena penurunan ekspektasi suku bunga AS cenderung melemahkan dolar AS, sehingga memberikan ruang bagi penguatan mata uang pasar berkembang, termasuk rupiah.
Lukman Leong juga menambahkan bahwa pergerakan rupiah pada hari ini diperkirakan akan berada di rentang Rp15.550 per dolar AS hingga Rp15.700 per dolar AS.
Rentang ini mencerminkan volatilitas yang moderat, di mana sentimen pasar lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan data ekonomi, baik domestik maupun internasional.
Secara keseluruhan, penguatan rupiah tidak hanya dipengaruhi oleh ekspektasi surplus neraca perdagangan, tetapi juga oleh beberapa faktor lain yang turut memberikan kontribusi.
Salah satu faktor tersebut adalah kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang masih solid. Meskipun menghadapi tantangan dari sisi global.