PALEMBANG, KORANPALPOS.COM – Setiap tanggal 21 April Bangsa Indonesia memperingati kelahiran Raden Ajeng (RA) Kartini.
Kisah kehidupan dan kiprah perempuan asal Jepara itu ternyata multidimensi.
Pantas Kartini dikagumi banyak pihak, dari berbagai kalangan.
Ia tak hanya memperjuangkan hak kaum wanita, seperti yang telah lama dikenal, tetapi juga perintis persatuan dan kesatuan bangsa.
BACA JUGA:Harus Ada Aturan Jelas Penggunaan Ponsel Anak
BACA JUGA:Ketua Pembina Posyandu Kabupaten se-Sumsel Dikukuhkan
Kartini, bahkan disebut sebagai santriwati Kiai Soleh Darat, yang populer di kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Perjuangan Kartini, bahkan menjadi kajian di universitas-universitas Islam yang tersebar hampir di seluruh Indonesia.
Kini Kartini juga dianggap sebagai salah satu representasi tokoh Islam yang memperjuangkan pendidikan, seperti banyak dikaji di skripsi-skripsi Universitas Islam Negeri.
Namun, banyak yang tak menyadari bahwa Kartini juga pejuang kuliner lokal dan pangan lokal.
BACA JUGA:Pasien RS Khusus Mata Sumsel Didominasi Peserta JKN
BACA JUGA:Istri Eks Bupati Muaraenim Ramaikan Pilkada
Kartini sebagai putri bupati, tentu berjumpa dengan beragam produk kuliner dan bahan pangan papan atas di zamannya.
Di sela-sela kehidupannya yang pendek, Kartini masih sempat merekam resep masakan yang dihidangkan untuk keluarga bangsawan di lingkungan Kadipaten Jepara.
Tentu, resep masakan yang dihidangkan untuk keluarga priyayi berasal dari tangan dingin perempuan bangsawan dan dayang terbaik di zamannya.