Sementara runner-up dua grup putaran keempat, akan diadu untuk mencari satu pemenang yang setelahnya akan melalui babak playoff antar konfederasi memperebutkan satu tiket tersisa.
BACA JUGA:Kemenkominfo Desak Telegram Segera Hapus Konten Judi Online
BACA JUGA:Pemerintah Harus Hadir
Jalan Indonesia untuk ke Piala Dunia 2026 masih jauh dan terjal.
Namun, Shin tidak menyerah untuk mewujudkan mimpinya membawa Indonesia berlaga di Piala Dunia, setelah mimpi kecil sang Merah Putih untuk tampil di ajang puncak pesta sepak bola di dunia itu sudah terwujud di Piala Dunia U-17 akhir tahun lalu.
“Kita lolos ke putaran ketiga, tidak ada lawan yang mudah, apalagi peringkat FIFA kita 134, lawan-lawan kita lebih baik, dan kita tim yang paling lemah dari (tim-tim) yang sudah lolos ke putaran ketiga. Tetapi mimpi saya, saya akan berusaha mencapainya, tidak akan menyerah (untuk dapat lolos ke Piala Dunia),” kata pelatih asal Korea Selatan itu setelah laga melawan Filipina.
Pelatih 53 tahun itu meminta masyarakat terus percaya kepada dirinya dan kepada penggawa Garuda, seperti halnya Jurgen Klopp yang meminta suporter Liverpool mengubah mindset "from doubters to believers" pada awal kedatangannya, Oktober 2015 silam sebelum meraih kesuksesan merengkuh Liga Champions musim 2018/2019 dan Liga Inggris musim 2019/2020.
BACA JUGA:Keutamaan dan Niat Puasa Arafah: Menggapai Pengampunan dan Berkah di Hari Mulia
BACA JUGA:Menunaikan Ibadah Haji : Syarat dan Rukun yang Harus Dipenuhi
Seperti halnya Klopp, Shin membutuhkan waktu untuk memoles Garuda menjadi kembali berada di level Asia. Sejak kedatangannya pada akhir 2019, transformasi Shin tidak terjadi dalam semalam.
Ia memotong generasi dan terus mencari pemain-pemain idamannya dan hasil itu baru dipetiknya pada tahun ini ketika mencatatkan sejarah dengan menembus babak 16 besar Piala Asia 2023 Qatar, semifinal Piala Asia U-23 2024, dan putaran ketiga Kualiifkasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Klopp sangat dicintai di Liverpool, begitu juga Shin yang juga mendapatkan perlakuan yang sama di Indonesia.
Namanya kerap diagung-agungkan setelah selesai laga.
Ia memang tak mahir berbahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Namun, bagaimana ia membangun kedekatannya dengan para pemain dan suporter mungkin saja merupakan sesuatu yang tak dimiliki pelatih lain di tubuh Merah Putih.
Ia seperti mempunyai love languange tersendiri untuk mengungkapkan rasa sayangnya kepada para pemainnya dan juga kepada para suporter.
Satu hal yang pasti, selama empat tahun di Indonesia, ia mampu membuat iklim sepak bola Indonesia menjadi lebih bergairah dan lebih membara. Industri sepak bola berkembang semakin luas.