Tak hanya dinikmati laki-laki, tapi juga wanita hingga anak-anak, terlepas pro dan kontra yang ada saat ini.
Dan kepercayaan ini rasanya tidak cukup jika hanya berjalan antara pelatih dan pemain.
Lebih luas lagi juga perlu bagi pencinta sepak bola tanah air yang harus memanfaatkan momen ini untuk percaya penuh kepada Shin dan Rizky Ridho dan kawan-kawan.
Indonesia memang masih anak bawang di putaran ketiga, namun dengan kepercayaan itu, energi positif akan bernaung dan siapa tahu akan menjadi faktor pendukung sekian persen untuk membuat "apapun bisa terjadi di sepak bola" berakhir indah untuk Indonesia.
Apapun hasilnya nanti, jika Indonesia gagal ke Piala Dunia 2026, tak perlu bereaksi berlebihan dan tak perlu menghujat karena pasti pengalaman itu akan menjadi pelajaran berharga dan menjadi batas target bagus yang ditetapkan untuk tahun-tahun ke depannya.
Tak dipungkiri, banyak kritik dilayangkan kepada Shin Tae-yong karena penggunaan pemain-pemain naturalisasi.
Namun, euforia masyarakat atas prestasi yang dibukukan timnas Indonesia menjadi momentum untuk menyatukan daya dan upaya demi kehadiran tim sepak bola Indonesia di pentas dunia, tanpa perlu lagi membeda-bedakan dari mana pemain berasal.
Lahir di Lelystad, Belanda, Shayne Pattynama yang memiliki darah Indonesia dari ayahnya yang lahir di Semarang, Jawa Tengah menyuarakan bahwa ia tak setuju publik membeda-bedakan dengan menyebut pemain seperti dirinya sebagai pemain naturalisasi atau pemain asing dan pemain yang lahir di Indonesia sebagai pemain lokal.
Dengan tegas ia mengatakan bahwa ia adalah orang Indonesia meskipun tidak tumbuh dengan bahasa dan budaya Indonesia.
Dan oleh karena itu, di momen yang tepat ini, sejarah yang kembali dibuat Indonesia patut dirayakan sebagai momentum persatuan, seperti halnya saat seluruh penggawa Garuda yang merayakan kelolosan ke putaran ketiga bersama para suporter di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Selasa (11/6), dengan bernyanyi "Syalalala o Garuda".
Demikian halnya dengan Thom "The Professor" Haye.
Dua hari yang lalu menjadi malam yang indah bagi timnas Indonesia, juga bagi Thom "The Professor" Haye yang membuka kran golnya bagi Merah Putih setelah membuka asisnya pada Maret lalu.
Bermain penuh 90 menit, Thom menunjukkan siapa dirinya, sebagai gelandang yang malang melintang di Eredivisie Belanda pada laga melawan Filipina.
Ia mengatur serangan, mengatur tempo, mengalirkan bola dengan cepat dari segala lini, hingga membuat umpan-umpan kunci berkelas.
Sofascore memberikan rating kepada Thom dengan nilai 8,6 setelah gelandang 29 tahun itu mencetak satu gol, membuat 72 sentuhan, 53 passing dengan akurasi 74 persen, tujuh umpan kunci, lima crossing sukses dari delapan percobaan, lima long ball sukses dari sembilan kesempatan, satu tembakan tepat sasaran, satu tembakan tidak tepat sasaran, satu dribble sukses, dua ground duels sukses dari lima kesempatan, dua aerial duel sukses dari tiga kesempatan, satu blocked shot, dan dua intersep.
Golnya dari luar kotak penalti juga bukan kebetulan karena hal itu sering ia lakukan ketika berseragam SC Heerenveen.