Kemudian, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Jacklevyn Frits Manuputty, menilai pembicaraan antara Presiden dan tokoh-tokoh, pimpinan ormas, serta kelompok buruh berlangsung terbuka dan transparan.
"Kami bicara tentang pajak yang memberatkan rakyat, kami bicara tentang korupsi, kami bicara tentang kepongahan dan perilaku pejabat di ruang elite, flexing, dan lain-lain. Kami bicara tentang kenaikan tunjangan DPR dan lain-lain, karena ada Ibu Ketua DPR di situ, dan itu ditanggapi oleh Presiden dan termasuk oleh Ibu Ketua DPR," kata Jacky, sapaan populer Pendeta Jacklevyn.
Pertemuan itu, yang menjadi momen berdialog dan silaturahim, kemudian ditutup dengan acara doa bersama yang dipanjatkan oleh masing-masing pemuka agama yang hadir.
Di sisi lain, Ketua DPRD Sumsel Dinialdie menyatakan mendukung aspirasi mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Sumsel.
Andie Dinialdie saat menemui massa di Palembang, Senin, mengatakan pihaknya mendukung penuh aspirasi mahasiswa.
“Kami terbuka dan siap berdialog. Semua tuntutan akan kami kawal hingga ke Jakarta. Bahkan, kami siap mengajak perwakilan mahasiswa untuk bersama-sama menyampaikan langsung ke pusat,” katanya.
Menurut dia, semangat mahasiswa merupakan energi perubahan yang harus dijaga.
"Tentunya kami mendukung penuh perjuangan tersebut, termasuk akan mendorong pengesahan RUU Perampasan Aset di tingkat nasional," kata Andie.
Sementara Presiden Mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang, Ilham mengatakan aksi itu merupakan bentuk keprihatinan mahasiswa atas berbagai persoalan nasional, mulai dari kenaikan tunjangan anggota DPR di tengah kebijakan efisiensi anggaran, hingga tindakan represif aparat kepolisian yang menelan korban jiwa.
“Negara ini sedang menghadapi banyak masalah, dan kami mahasiswa merasa perlu turun tangan. Kami bukan musuh negara, kami adalah suara rakyat yang ingin didengar,” ujarnya.
Aksi mahasiswa berakhir damai pada pukul 16.00 WIB dengan kesepakatan bahwa DPRD Sumsel akan menjadwalkan pertemuan lanjutan untuk membahas langkah konkret pengawalan tuntutan tersebut.
Sementara itu, Sosiolog Universitas Mataram (Unram) Saipul Hamdi memandang akar masalah timbulnya aksi anarkis saat kegiatan unjuk rasa dalam beberapa hari terakhir terjadi akibat ketimpangan sosial yang dialami masyarakat.
"Akar masalah kalau analisa saya akibat persoalan ketimpangan sosial yang sangat jauh," ujarnya di Mataram.
Saipul mengatakan jurang pemisah antara masyarakat yang tidak punya pekerjaan atau punya pekerjaan tapi bergaji kecil dengan legislator dan beberapa instansi pemerintah yang punya gaji besar kini semakin tampak jelas di Indonesia.
Beberapa tokoh politik, artis, pengusaha, maupun pejabat publik menampilkan gaya hidup hedonisme lewat akun-akun media sosial pribadi mereka.
Hal itu berbanding terbalik dengan kondisi masyarakat di level akar rumput yang banyak terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), penjualan produk UMKM lesu, dan tidak ada kenaikan gaji.