KESEHATAN, KORANPALPOS.COM - Gula aren, salah satu pemanis alami khas Indonesia kini kembali menjadi primadona di tengah tren gaya hidup sehat dan kembali ke alam.
Berasal dari nira pohon enau atau aren (Arenga pinnata) gula ini dikenal dengan rasa manis khas yang lembut, aroma karamel yang menggoda serta warnanya yang cokelat keemasan.
Di berbagai daerah Indonesia, gula aren telah digunakan selama ratusan tahun sebagai bahan utama dalam berbagai makanan dan minuman tradisional.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir gula aren mendapatkan perhatian lebih luas bahkan hingga ke pasar internasional.
BACA JUGA:Jaga Kesehatan Mental dan Kurangi Stres dengan Daun Selasih
BACA JUGA:Obati TBC dan Kencing Darah dengan Andong Merah
Banyak pelaku usaha kuliner hingga eksportir mempromosikannya sebagai alternatif sehat pengganti gula pasir.
Gula aren berbeda dengan gula kelapa atau gula putih.
Ia mengandung indeks glikemik yang lebih rendah serta sejumlah mineral seperti kalium, zat besi dan zinc.
Karena itu, gula aren kerap disebut sebagai “pemanis sehat” yang aman dikonsumsi dalam jumlah wajar bahkan oleh penderita diabetes ringan.
BACA JUGA:Obati Bisul dan Koreng dengan Bunga Pukul Sembilan
BACA JUGA:Kadar Gula Camilan Anak
Proses pembuatan gula aren pun masih dijaga keasliannya di banyak daerah.
Petani menyadap nira dari pohon aren setiap pagi lalu memasaknya perlahan hingga mengental dan mencetaknya dalam batok kelapa atau cetakan bambu.
Proses ini dilakukan tanpa bahan kimia tambahan menjadikannya produk alami yang ramah lingkungan.
Gula aren kini menjadi salah satu komoditas unggulan desa-desa di berbagai wilayah seperti Jawa Barat, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.
BACA JUGA:Atasi Sirosis Hati dan Cegah Infeksi Parasit dengan Biji Pepaya
BACA JUGA:Obati Batuk Sakit Gigi dan Infeksi Gusi dengan Kurma China
Di Kabupaten Garut misalnya, gula aren menjadi produk unggulan ekspor ke Jepang dan Eropa.
Dengan harga jual yang lebih tinggi dibanding gula biasa petani pun merasakan dampak ekonomi yang signifikan.