“Kami minta agar seluruh gabah dari petani diserap. Pastikan juga bahwa harga yang diterima petani adalah yang terbaik, yakni Rp5.750 per kilogram untuk kualitas minimum. Ini penting agar petani merasa dihargai dan termotivasi untuk terus meningkatkan produksi,” tegas Elen.
BACA JUGA:Terkendala Pasokan Air, Petani Sawah di OKU Sulit Panen Tiga Kali Dalam Setahun
BACA JUGA:Pemkab OKU Timur Salurkan Bantuan Bedah Rumah Gratis untuk Warga Miskin
Selain memastikan penyerapan gabah berjalan lancar, pemerintah juga menyoroti pentingnya peningkatan infrastruktur pengolahan beras di Banyuasin.
Salah satu fokus utama adalah memperbaiki Rice Milling Plant (RMP) atau pabrik pengolahan beras di Kecamatan Tanjung Lago.
Menurut Elen, keberadaan RMP yang berfungsi optimal sangat penting untuk meningkatkan kualitas gabah, sehingga petani bisa mendapatkan harga yang lebih baik.
“RMP di Banyuasin akan segera diperbaiki agar dapat menghasilkan gabah dengan kualitas terbaik. Dengan kadar air yang rendah, bahkan di bawah 25 persen, harga gabah bisa mencapai Rp6.500 per kilogram. Kami juga meminta agar Dinas Pertanian Provinsi dan kabupaten mulai mempersiapkan benih dan bibit tanam untuk musim berikutnya. Jangan lupa juga mengadakan alat mesin pertanian seperti dryer yang sangat dibutuhkan petani,” jelas Elen.
BACA JUGA:Pemkab OKU Timur Salurkan Bantuan Bedah Rumah Gratis untuk Warga Miskin
BACA JUGA:Senam Bersama di Lapas Sekayu : Membentuk Fisik Sehat dan Mental Positif WBP
Pj. Bupati Banyuasin, Muhammad Farid, menyambut baik langkah yang diambil oleh Pemprov Sumsel.
Ia menyatakan bahwa Pemkab Banyuasin siap bekerja sama untuk mempercepat perbaikan RMP dan memastikan hasil panen petani dapat dikelola dengan maksimal.
“Kami akan terus berupaya meningkatkan kualitas gabah yang dihasilkan petani di Banyuasin. Dengan perbaikan RMP, diharapkan kualitas gabah meningkat dan petani mendapatkan harga yang layak. Ini sejalan dengan instruksi pemerintah pusat untuk memastikan kebutuhan pangan nasional tercukupi tanpa bergantung pada impor,” ujar Farid.
Meski Banyuasin dikenal sebagai daerah penghasil padi terbesar di Sumsel, petani di daerah ini masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu yang utama adalah minimnya fasilitas pengeringan gabah.
Tanpa dryer, petani sering kali kesulitan mengeringkan hasil panen mereka, terutama saat musim hujan. Akibatnya, kualitas gabah menurun dan harga yang diterima petani pun menjadi lebih rendah.
“Tanpa alat pengering, petani harus mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan gabah, dan ini sangat tergantung pada cuaca. Kalau hujan terus-menerus, gabah jadi lembap dan kualitasnya turun. Kami berharap pemerintah bisa menyediakan lebih banyak alat pengering agar hasil panen kami bisa lebih baik,” keluh salah satu petani di Desa Telang Sari.
Menanggapi hal ini, Elen Setiadi meminta agar Gapoktan atau kelompok tani mulai mengadakan alat-alat pertanian seperti dryer melalui skema bantuan atau kerja sama dengan pihak swasta.