Bahkan dari lima orang yang meninggal dunia itu baru satu jasad yang berhasil ditemukan, selebihnya masih tertimbun di bawah material tanah sedalam 100 meter itu hingga saat ini.
Bencana angin puting beliung terjadi di Kabupaten Bandung dan Sumedang, Jawa Barat, 21 Februari 2024.
Dalam waktu kurang dari 10 menit angin berkecepatan 63 kilometer per jam itu merusak 503 unit rumah, 13 pabrik dan fasilitas umum di “Bumi Parahyangan”.
Kala itu, warga tidak segera menyelamatkan diri, sebagian justru merekam kejadian tersebut.
Sehingga menambah catatan, sebanyak 1.466 orang terdampak, dan 33 orang di antaranya menjadi korban luka-luka, setelah terkena serpihan material yang digulung oleh pusaran angin setinggi lebih dari 10 meter.
Bagai dayung bersambut, publik kembali dikejutkan dimana sebanyak 12 ribu orang warga Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara harus dievakuasi akibat erupsi fase ke dua Gunung Ruang.
Mereka merupakan penduduk wilayah Desa Pumpente, Laingpatehi, Mahangiang, Tulusan Barangka Pehe, Apengsala, Lesah Rende, Pahiama, Boto, Leseh, Bahoi dan Balehumara.
Para warga terdampak itu dievakuasi menggunakan kapal penyeberangan laut milik Basarnas, TNI AL dan Polri ke tujuh posko yang masing-masing berada di Manado dan Kepulauan Siau.
Data dari BNPB mencatat terhitung sejak erupsi fase pertama terjadi pada 17 April 2024 ada sebanyak 3.614 unit rumah, dua gereja, dan gedung sekolah yang mengalami kerusakan akibat terkena material yang dilontarkan dan goncangan saat Gunung Ruang erupsi.
Kerusakan tersebut semakin diperparah karena jarak rumah warga dengan puncak Gunung Ruang terpaut dekat yakni di bawah radius sekitar 8-10 kilometer.
Bergeser ke bulan Mei, sekaligus bulan yang sangat berat karena hampir setiap pekannya terjadi bencana dengan dampaknya terhadap masyarakat yang signifikan.
Dimulai dari Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Banjir dan tanah longsor dengan seketika memorak-porandakan “Bumi Sawerigading” ini saat para warganya sedang terlelap tidur.
Banjir setinggi 3 meter merendam 3.268 rumah, menghanyutkan 211 rumah, dan empat jembatan, merusak empat ruas jalan penghubung, merobohkan talut sungai sepanjang 50 meter dengan kondisi rusak berat itu melanda 56 desa di 12 kecamatan yakni, Latimojong, Suli, Suli Barat, Ponrang Selatan, Ponrang, Bupon, Larompong, Larompong Selatan, Bajo, Bajo Barat, Kamanre, Belopa, dan Kecamatan Belopa Utara.
Tercatat 13 orang meninggal dunia yang mayoritas lansia dan balita warga dari Kecamatan Latimojong dan Suli Barat.
Sebanyak 3.479 keluarga yang terdampak, 155 jiwa di antaranya terpaksa mengungsi memanfaatkan bangunan masjid dan gedung sekolah terdekat.
Padamnya jaringan listrik dan telekomunikasi makin menambah penderitaan bagi warga yang masih terisolasi akibat bencana sejak 3 Mei 2024.