Sungai itu nyaris kering, dan banyak ikan gabus yang terlihat terjebak di sana. Nenek merasa iba melihat ikan-ikan yang kesulitan bernapas akibat kekurangan air.
Namun, saat nenek hendak mengambil ikan-ikan itu, seekor ikan gabus besar tiba-tiba berbicara padanya, memohon hujan kepada Tuhan.
Tak lama kemudian, hujan turun dengan lebatnya, dan air sungai pun kembali penuh. Nenek terharu melihat ikan-ikan itu berenang dengan bebas dan gembira.
Dalam perjalanan pulang, nenek itu terinspirasi untuk berdoa kepada Tuhan, meminta uang seperti ikan gabus yang memohon hujan.
Dengan penuh harapan, ia berdoa di rumah, berharap Tuhan mengabulkan doanya.
Tindakannya ini ternyata mengganggu tetangganya yang kaya, yang kemudian melempar karung berisi pecahan kaca dan genting ke rumah nenek.
Namun, secara ajaib, pecahan kaca tersebut berubah menjadi emas dan uang, membuat nenek yang miskin itu menjadi kaya.
Tetangga kaya yang merasa iri mencoba meniru perbuatan nenek, tetapi hasilnya malah sebaliknya.
Saat tetangga itu berdoa dan menerima karung dari pelayannya, ia hanya mendapatkan pecahan kaca yang menyebabkan luka.
Akhirnya, tetangga kaya itu jatuh miskin dan hidupnya berubah total.
Kisah ini memberikan pesan moral yang mendalam.
Nenek tua yang miskin mendapatkan kekayaan karena ketulusannya menolong ikan gabus yang terjebak.
Sementara tetangga kaya yang tamak justru kehilangan hartanya karena iri dan tidak tulus.
Hal ini mengajarkan pentingnya berbuat baik tanpa mengharapkan imbalan serta kepercayaan bahwa setiap perbuatan baik akan mendatangkan berkah.
Sebagai spesies yang invasif di beberapa negara, ikan gabus sering kali dianggap mengganggu keseimbangan ekosistem.
Populasinya yang cepat bertambah, dengan betina yang mampu menghasilkan hingga 10.000 telur per tahun, membuat ikan gabus sulit diberantas setelah memasuki suatu perairan.