Lebih lanjut, Iwan menekankan bahwa cuaca yang tidak dapat diprediksi adalah salah satu tantangan terbesar dalam industri penerbangan.
Meski teknologi yang digunakan dalam navigasi udara sudah sangat canggih, namun cuaca tetap menjadi faktor yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya.
“Penting bagi para penumpang untuk memahami bahwa keputusan divert adalah bagian dari prosedur keselamatan. Tidak ada yang ingin mengambil risiko jika kondisinya tidak memungkinkan untuk mendarat dengan aman,” tambahnya.
BACA JUGA:Kabar Gembira : Usulan Perubahan Gaji Hingga Tunjangan Hakim Disetujui Menkeu !
BACA JUGA:Link Saldo DANA Kaget Rp150.000 Cair Hari Ini, Senin 7 Oktober 2024: Segera Klaim !
Setelah dialihkan ke Palembang, pesawat Lion Air JT638 sempat menunggu sekitar 10-15 menit di Bandara SMB II untuk mendapatkan informasi terbaru terkait kondisi cuaca di Bengkulu.
Setelah dipastikan bahwa kondisi cuaca sudah membaik, pesawat tersebut akhirnya diberangkatkan kembali menuju Bengkulu pada pukul 14.50 WIB.
“Kami selalu berusaha memberikan layanan terbaik dan memastikan semua prosedur keselamatan dilakukan dengan benar. Dalam kasus ini, pesawat hanya berhenti sebentar di Palembang sebelum melanjutkan penerbangan kembali ke Bengkulu. Penundaan yang terjadi tidak signifikan, dan kami bersyukur semuanya berjalan lancar,” ungkap Iwan.
Selama menunggu di Bandara SMB II, para penumpang tetap berada di dalam pesawat, sementara kru penerbangan melakukan koordinasi dengan ATC dan pihak bandara untuk memastikan keselamatan penerbangan selanjutnya.
Cuaca buruk, terutama hujan lebat, angin kencang, dan kabut, sering kali menjadi penyebab utama pengalihan atau penundaan penerbangan.
Dalam kasus Bandara Fatmawati Soekarno, hujan deras disertai kabut tebal membuat jarak pandang di bawah standar aman bagi pendaratan pesawat.
Standar jarak pandang minimum untuk mendarat bervariasi tergantung pada jenis pesawat dan peralatan yang digunakan di bandara.
Namun, jika jarak pandang berada di bawah 500 meter, umumnya pendaratan akan dianggap terlalu berisiko, terutama jika pesawat tersebut tidak dilengkapi dengan sistem pendaratan otomatis (ILS) kategori tinggi.
Pada kondisi cuaca ekstrem seperti ini, pilot biasanya diinstruksikan untuk melakukan holding (berputar di udara) sambil menunggu kondisi cuaca membaik atau melakukan pengalihan ke bandara terdekat, seperti yang terjadi pada penerbangan Lion Air JT638.
Salah satu penumpang Lion Air JT638, Andi, menceritakan pengalamannya selama proses pengalihan tersebut.
Menurut Andi, para penumpang sempat merasa cemas saat mendengar pengumuman bahwa pesawat akan dialihkan ke Palembang.