Namun, setelah mendapatkan penjelasan dari kru pesawat bahwa pengalihan dilakukan demi keselamatan, suasana di dalam kabin menjadi lebih tenang.
“Kami diberitahu bahwa cuaca di Bengkulu sangat buruk dan jarak pandangnya tidak aman untuk mendarat. Awalnya, saya agak khawatir, tapi setelah mendengar penjelasan kru pesawat, saya merasa lebih tenang. Yang penting, keselamatan kami menjadi prioritas,” ujar Andi.
Andi menambahkan bahwa proses pengalihan berlangsung dengan cukup cepat dan penumpang tidak perlu turun dari pesawat selama berhenti di Palembang.
“Untungnya, cuaca di Palembang cukup bagus, jadi kami hanya menunggu sebentar sebelum bisa melanjutkan perjalanan ke Bengkulu,” katanya.
Menurut laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bengkulu, pada hari itu memang terjadi hujan deras yang disertai dengan angin kencang dan kabut tebal di wilayah sekitar Bandara Fatmawati Soekarno.
Kondisi ini menyebabkan jarak pandang menurun drastis, yang membuat pendaratan pesawat menjadi sangat berisiko.
BMKG menjelaskan bahwa cuaca ekstrem seperti ini bisa terjadi karena faktor perubahan iklim yang mempengaruhi pola cuaca di berbagai wilayah di Indonesia.
Bengkulu sendiri sering kali dilanda cuaca ekstrem, terutama selama musim hujan, yang dapat mempengaruhi aktivitas penerbangan di bandara tersebut.
Keputusan mengalihkan penerbangan Lion Air JT638 dari Jakarta ke Bengkulu ke Palembang merupakan langkah yang tepat demi keselamatan penerbangan.
Cuaca buruk yang menyebabkan jarak pandang terbatas di Bandara Fatmawati Soekarno menjadi alasan utama di balik pengalihan ini.
Meski sempat mengalami penundaan, pesawat akhirnya dapat melanjutkan penerbangan setelah kondisi cuaca membaik.
Pengalihan penerbangan adalah prosedur standar dalam industri penerbangan dan dilakukan untuk memastikan keselamatan penumpang dan kru dalam situasi yang tidak aman.