Serangan udara ini merupakan bagian dari respons Israel terhadap serangan yang dilakukan oleh kelompok Hamas pada Oktober tahun lalu.
Meskipun telah ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera, Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza.
Sejak konflik dimulai, lebih dari 41.800 orang dilaporkan tewas, dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
BACA JUGA:Indonesia Kecam Keras Serangan Israel di Rafah Palestina
BACA JUGA:Drama Berbalas Serang Israel-Iran
Selain itu, hampir 97.000 orang lainnya mengalami luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Keadaan di Gaza semakin memburuk, di mana hampir semua penduduk kini terpaksa mengungsi.
Blokade yang telah berlangsung lama telah menyebabkan kelangkaan bahan makanan, air bersih, dan obat-obatan, menciptakan krisis kemanusiaan yang sangat mendalam.
Situasi di Gaza mendapatkan perhatian internasional, di mana Israel kini menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional.
Sejumlah organisasi hak asasi manusia dan negara-negara di seluruh dunia telah menyerukan agar Israel menghentikan serangannya dan memberikan perlindungan bagi warga sipil.
Masyarakat internasional terus memantau perkembangan situasi ini dengan harapan akan ada solusi damai yang dapat mengakhiri penderitaan yang dialami oleh warga Gaza.
Selain itu, banyak yang berharap agar pemimpin kedua belah pihak dapat kembali ke meja perundingan untuk mencari jalan keluar dari konflik yang berkepanjangan ini.
Dampak dari serangan ini tidak hanya mengakibatkan hilangnya nyawa, tetapi juga mempengaruhi ekonomi lokal.
Banyak bisnis yang terpaksa tutup akibat serangan, dan masyarakat yang terpaksa mengungsi harus bergantung pada bantuan kemanusiaan.
Situasi ini menambah beban pada lembaga bantuan yang beroperasi di wilayah tersebut, yang juga terpaksa berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi pengungsi.
Pendidikan anak-anak di Gaza juga terancam.