Hal ini menjadi salah satu faktor yang memengaruhi sentimen terhadap dolar AS.
Meskipun begitu, Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp15.275 hingga Rp15.400 per dolar AS selama perdagangan hari ini.
Penguatan rupiah selama beberapa minggu terakhir juga dipicu oleh aliran modal asing yang masuk secara signifikan ke pasar keuangan domestik.
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 3 September 2024 : Merosot 42 Poin Tersentuh Level Rp15.567 per Dolar AS
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 2 September 2024 : Melemah 65 Poin Menjadi Rp15.520 per Dolar AS
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky, menyebutkan bahwa penguatan rupiah pada pertengahan September 2024 didukung oleh derasnya aliran modal tersebut.
"Rupiah menguat menjadi Rp15.395 per dolar AS pada pertengahan September 2024, terapresiasi sebesar 2,75 persen selama sebulan terakhir berkat aliran modal masuk yang signifikan," ujar Riefky.
Menurutnya, sejak awal Agustus 2024, terdapat tren yang kuat dari aliran modal asing yang bergerak dari negara maju menuju negara berkembang.
Indonesia sendiri mengalami peningkatan arus modal masuk sebesar 3,37 miliar dolar AS dalam periode 15 Agustus hingga 11 September 2024.
Melimpahnya aliran modal asing ini mendorong penguatan nilai tukar rupiah secara signifikan.
Selain itu, arus modal asing yang masuk ke instrumen surat utang pemerintah juga mendorong naiknya imbal hasil surat utang pemerintah Indonesia, khususnya untuk tenor 10 tahun.
Imbal hasil surat utang pemerintah tenor tersebut saat ini berada di 6,65 persen, turun dari 6,78 persen pada pertengahan Agustus 2024.
Meskipun mengalami fluktuasi dalam 30 hari terakhir, imbal hasil surat utang pemerintah tenor 1 tahun relatif stabil di angka 6,42 persen.
Riefky menjelaskan bahwa pergerakan imbal hasil untuk surat utang tenor 10 tahun cenderung lebih fluktuatif dibandingkan dengan tenor 1 tahun.
Hal ini disebabkan oleh likuiditas surat utang jangka panjang yang lebih tinggi, sementara imbal hasil surat utang jangka pendek lebih terjangkar pada BI-Rate.
Selain itu, adanya alternatif instrumen jangka pendek yang lebih menarik, seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), turut menjaga kestabilan imbal hasil surat utang tenor 1 tahun.