Oleh karena itu, BI juga mendorong langkah-langkah struktural yang dapat mendukung penguatan ekonomi domestik, seperti mendorong ekspor dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan pokok.
Meskipun rupiah saat ini berada dalam tekanan, ada beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat posisi mata uang ini di masa mendatang.
Salah satunya adalah dengan mendorong investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) ke sektor-sektor strategis di Indonesia.
Pemerintah telah meluncurkan berbagai kebijakan untuk menarik investor asing, termasuk melalui Omnibus Law dan reformasi regulasi yang mempermudah proses investasi.
Selain itu, diversifikasi ekonomi juga menjadi salah satu kunci untuk memperkuat nilai tukar rupiah.
Dengan mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor tertentu, seperti komoditas, dan mendorong sektor-sektor baru seperti manufaktur, teknologi, dan jasa, Indonesia dapat meningkatkan daya saing dan ketahanannya terhadap guncangan eksternal.
Namun, tantangan besar masih ada, terutama dalam hal stabilitas politik dan ekonomi global.
Ketidakpastian mengenai kebijakan perdagangan global, fluktuasi harga komoditas, dan kebijakan moneter negara-negara maju akan terus menjadi tantangan bagi Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukarnya.
Dalam menjaga stabilitas nilai tukar, kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta sangat diperlukan.
Pemerintah harus terus mendorong kebijakan fiskal yang mendukung pertumbuhan ekonomi, sementara sektor swasta perlu berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk-produk lokal di pasar global.
Peningkatan ekspor produk non-komoditas, seperti produk manufaktur bernilai tambah tinggi, akan membantu mengurangi defisit transaksi berjalan dan memperkuat cadangan devisa.
Sektor pariwisata juga dapat menjadi pendorong utama dalam meningkatkan cadangan devisa.
Dengan upaya yang kuat untuk menarik wisatawan mancanegara serta meningkatkan belanja mereka selama berada di Indonesia, sektor pariwisata dapat memberikan dampak positif bagi nilai tukar rupiah.
Pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang mencapai 97 poin pada Senin pagi ini mencerminkan kombinasi antara tekanan eksternal dan internal yang dihadapi Indonesia.
Sementara sentimen global, terutama kebijakan moneter ketat di AS, memberikan tekanan yang cukup kuat terhadap mata uang negara berkembang.
Faktor-faktor domestik seperti inflasi dan neraca perdagangan juga berperan dalam melemahkan nilai tukar rupiah.