Para pelaku pasar juga mencermati data-data ekonomi dari Amerika Serikat, seperti angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi, yang mendukung pandangan bahwa The Fed kemungkinan akan tetap menjaga suku bunganya di level tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Hal ini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penguatan dolar AS secara global.
Di dalam negeri, beberapa faktor turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Salah satunya adalah inflasi domestik yang masih perlu dikendalikan.
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 26 Agustus 2024 : Melonjak 182 Poin Menjadi Rp15.492 per Dolar AS
BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 23 Agustus 024 : Menguat 108 Poin Jadi Rp15.492 per Dolar AS
Meskipun inflasi di Indonesia terpantau cukup stabil dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, ancaman inflasi yang dipicu oleh harga energi global serta kenaikan harga pangan masih menjadi perhatian utama Bank Indonesia (BI) dan pemerintah.
Data inflasi terbaru menunjukkan bahwa Indonesia masih menghadapi tekanan inflasi dari sektor bahan pokok, terutama pangan.
Ketergantungan pada impor bahan pangan dan energi membuat rupiah rentan terhadap fluktuasi harga komoditas internasional, terutama minyak mentah.
Harga minyak yang cenderung naik dalam beberapa bulan terakhir menambah tekanan pada rupiah karena kebutuhan impor energi yang tinggi.
Selain inflasi, neraca perdagangan Indonesia juga menjadi salah satu indikator penting dalam mempengaruhi pergerakan rupiah.
Pada beberapa bulan terakhir, surplus perdagangan Indonesia cenderung menyusut, yang menunjukkan bahwa ekspor tidak tumbuh secepat yang diharapkan, sementara impor meningkat.
Kondisi ini menekan cadangan devisa Indonesia, yang pada gilirannya mempengaruhi kekuatan rupiah.
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter terus mengawasi perkembangan nilai tukar rupiah dan mengambil langkah-langkah untuk menjaga stabilitas.
Menanggapi pelemahan rupiah ini, BI menyatakan akan terus melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar.
Selain itu, BI juga berkomitmen untuk menjaga likuiditas di pasar dengan menyesuaikan kebijakan suku bunga dan melakukan operasi pasar terbuka jika diperlukan.
Namun, langkah-langkah BI ini tentu memiliki keterbatasan, terutama karena faktor eksternal yang mempengaruhi nilai tukar lebih sulit dikendalikan.