Update ! Kurs Rupiah 30 Agustus 2024 : Melemah 35 Poin Menjadi Rp15.459 per Dolar AS

Jumat 30 Aug 2024 - 10:13 WIB
Reporter : Echi
Editor : Zen Kito

Data ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap tangguh, meskipun terdapat tanda-tanda pelonggaran di beberapa sektor.

Soliditas data ekonomi AS tersebut menjadi faktor utama yang mendukung penguatan dolar AS terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah.

Kondisi ini membuat investor semakin yakin bahwa Federal Reserve (Fed) akan mempertahankan kebijakan moneternya yang ketat untuk menekan inflasi.

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 19 Agustus 2024 : Menguat 68 Poin di Level Rp15.625 per Dolar AS, Apa Penyebabnya ?

BACA JUGA:Update ! Kurs Rupiah 16 Agustus 2024 : Melemah 48 Poin Menjadi Rp15.748 per Dolar AS

Fokus investor kini tertuju pada data Indeks Harga Belanja Personal (PCE) AS, indikator inflasi yang menjadi pilihan utama Fed dalam menentukan arah kebijakan moneter ke depan.

Rilis data PCE yang dijadwalkan pada Jumat ini akan menjadi faktor penentu apakah Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi atau mulai memberikan sinyal pelonggaran.

Sementara itu, dolar AS juga menunjukkan penguatan terhadap Euro, setelah data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan di Jerman dan Spanyol.

Inflasi yang melambat ini menambah peluang bahwa European Central Bank (ECB) mungkin akan menurunkan suku bunga pada pertemuan berikutnya di September 2024.

Langkah tersebut dapat memberikan tekanan tambahan terhadap mata uang Euro, sehingga dolar AS kembali diuntungkan dalam pertukaran nilai tukar global.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, dalam keterangannya menyebutkan bahwa dengan kondisi ekonomi AS yang kuat dan kemungkinan Fed mempertahankan kebijakan moneternya yang ketat, rupiah berpotensi terus tertekan.

Josua memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.425 hingga Rp15.525 per dolar AS sepanjang perdagangan hari ini.

Prediksi ini didasarkan pada perkembangan data ekonomi global serta respon pasar terhadap kebijakan bank sentral utama dunia, terutama Fed.

Pelemahan rupiah tentu saja bukan tanpa dampak bagi perekonomian Indonesia.

Secara umum, pelemahan nilai tukar rupiah dapat meningkatkan biaya impor, yang pada gilirannya bisa mendorong inflasi domestik.

Sektor-sektor yang bergantung pada impor bahan baku akan merasakan dampak langsung dari penurunan nilai tukar ini, di mana biaya produksi mereka akan meningkat.

Kategori :