Zero ODOL dan Jalan Panjang Menuju Keadilan Logistik

Dari balik deru mesin truk dan panas aspal, lahir perjuangan panjang menuju keadilan logistik Indonesia. Zero ODOL bukan sekadar aturan, tapi ujian kebijaksanaan dalam menjaga keseimbangan antara keselamatan, efisiensi, dan kemanusiaan-Foto : Istimewa-

KORANPALPOS.COM - DI negeri kepulauan seperti Indonesia, denyut ekonomi tidak hanya berdentum di gedung kementerian, bursa saham, atau pusat bisnis besar, tetapi juga bergetar di jalan raya.

Di antara deru mesin dan panas aspal, ribuan truk melintas setiap hari membawa lebih dari sekadar muatan  mereka mengangkut harapan, keterhubungan, dan kestabilan harga dari Sabang sampai Merauke.

Jalan raya adalah urat nadi ekonomi yang tak pernah tidur.

Dari Demak mengalir beras, dari Gresik melaju semen, dari Tanjung Priok menembus truk-truk pembawa bahan bakar menuju pelosok desa.

Dalam perjalanan itulah ekonomi Indonesia bergerak.

Para sopir truk menjadi pahlawan tanpa podium, menopang rantai distribusi yang menentukan harga di pasar dan kesejahteraan jutaan rumah tangga.

Namun di balik keteraturan lalu lintas yang tampak, tersimpan gelombang kegelisahan.

Negara sedang menata ulang arah logistiknya melalui berbagai kebijakan baru, tetapi di lapangan, banyak pelaku usaha merasa tak diajak bicara.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Gemilang Tarigan, menyebut para pengusaha truk kini berada di persimpangan sulit.

“Kami tidak menolak perubahan,” ujarnya tenang, “tapi kebijakan yang dibuat seharusnya menyeluruh, bukan tebang pilih.”

Pernyataan itu menyinggung program penertiban Over Dimension and Over Loading (ODOL) kebijakan yang sejatinya baik untuk keselamatan dan ketertiban lalu lintas, namun dinilai timpang dalam pelaksanaannya.

Di lapangan, sebagian truk ditindak, sebagian lagi lolos, sementara di balik setiap kelebihan muatan, ada tekanan dari pemilik barang yang menuntut efisiensi biaya logistik.

“Program pemberantasan ODOL belum berhasil, dan justru berpotensi merugikan operator trucking,” kata Gemilang.

Kalimat itu menyiratkan kelelahan panjang para pelaku transportasi yang merasa kebijakan hadir dari atas tanpa ruang dialog dengan mereka yang menjalankan roda ekonomi di lapangan.

Tag
Share