Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian global yang masih tinggi, terutama terkait dengan ketegangan geopolitik di beberapa wilayah dunia, seperti konflik Rusia-Ukraina dan ketegangan di kawasan Asia Timur.
Ketegangan geopolitik ini berpotensi mengganggu aliran perdagangan dan investasi global, yang pada akhirnya dapat memberikan tekanan pada ekonomi Indonesia.
Selain itu, prospek pertumbuhan ekonomi global juga menjadi perhatian utama bagi BI.
BACA JUGA: Bank Muamalat Bukukan Transaksi QRIS Per Juni 2024 Tembus Rp 246 Miliar !
BACA JUGA:Bank Mega Syariah Bidik Pembiayaan Rumah Tumbuh 15-20 Persen pada 2024
Pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan melambat dapat memberikan tekanan pada permintaan ekspor Indonesia, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kinerja neraca transaksi berjalan.
Jika defisit transaksi berjalan Indonesia melebar akibat penurunan ekspor, hal ini dapat memberikan tekanan tambahan pada nilai tukar rupiah.
Salah satu faktor eksternal yang menjadi perhatian utama BI adalah kebijakan suku bunga The Fed.
Meskipun The Fed telah memberikan sinyal akan menurunkan suku bunga acuannya, Josua menilai bahwa BI akan menunggu langkah pasti dari bank sentral AS tersebut sebelum mengambil keputusan untuk menurunkan BI-Rate.
Penurunan suku bunga The Fed dapat memberikan dorongan positif bagi nilai tukar rupiah, karena arus modal asing diperkirakan akan kembali mengalir ke pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Namun, meskipun terdapat peluang untuk menurunkan suku bunga, Josua mengingatkan bahwa BI harus tetap waspada terhadap potensi risiko yang muncul dari kondisi eksternal.
Jika ketegangan geopolitik meningkat atau pertumbuhan ekonomi global melambat lebih dari yang diantisipasi, hal ini dapat memicu volatilitas di pasar keuangan dan memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.
Josua Pardede menekankan bahwa fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat.
Perekonomian Indonesia terus tumbuh dengan stabil, didukung oleh konsumsi domestik yang solid dan investasi yang terus meningkat.
Selain itu, inflasi yang terkendali juga memberikan ruang bagi BI untuk mempertahankan kebijakan suku bunga yang stabil.
Namun, meskipun fundamental ekonomi domestik kuat, Josua mengingatkan bahwa tekanan dari faktor eksternal masih signifikan.