Tradisi Celup Kaki ke Darah Hewan Kurban di Palembang : Diyakini Dapat Sembuhkan Penyakit Kulit !
Sejumlah Anak-anak hingga orang dewasa di Kota Palembang, Sumatera Selatan melakukan tradisi menyelupkan kaki ke darah hewan kurban karena di percaya mampu menyehatkan kulit. -FOTO : ANTARA-
PALEMBANG, KORANPALPOS.COM - Tradisi menyelupkan kaki ke darah hewan kurban pada perayaan Idul Adha 1445 Hijriah tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Pada hari Senin ini, 17 Juni 2024, anak-anak hingga orang dewasa berbondong-bondong mengikuti ritual ini yang diyakini mampu menyehatkan kulit dan membawa berbagai makna mendalam dalam kehidupan mereka.
Setiap tahun, pada saat Idul Adha tiba, warga Palembang menghidupkan kembali tradisi nenek moyang mereka dengan menyelupkan kaki mereka ke dalam darah hewan kurban, baik itu sapi atau kambing.
BACA JUGA: Fakta atau Mitos : Wanita Hamil tidak Boleh Santap Daging Kambing, Simak Penjelasannya !
BACA JUGA:Fakta atau Mitos : Makan Daging Kambing Tingkatkan Risiko Hipertensi, Begini Kata Ahli Gizi !
Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari warisan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Menurut sebagian besar warga yang melaksanakan tradisi ini, menyelupkan kaki ke dalam darah kurban diyakini memiliki berbagai manfaat, termasuk untuk kesehatan kulit.
Proses ini biasanya dilakukan dengan cara yang sudah turun-temurun: setelah kaki direndam dalam darah selama sekitar satu jam, kemudian dibersihkan dengan air bersih.
BACA JUGA:Fakta atau Mitos : Kemasan AMDK Berbahan Polikarbonat Sebabkan Anak Autis, Begini Penjelasan Pakar !
"Saya ajak anak saya untuk menyelupkan kaki ke darah hewan kurban, karena ini hanya momen setahun sekali. Kami percaya ini dapat menyehatkan kulit dan anak-anak tidak merasa takut dengan darah dan dapat lebih menyayangi hewan," ungkap Mira, seorang ibu rumah tangga di Palembang.
Tradisi ini juga dipercaya dapat membentuk karakter anak-anak menjadi lebih berani dan lebih menghargai makhluk hidup, seperti yang diungkapkan oleh sejumlah orang tua yang terlibat dalam tradisi ini.
Bagi mereka, menghadapi darah hewan kurban merupakan bagian dari pembelajaran nilai-nilai kehidupan yang berharga.
BACA JUGA:Pentingnya Pencegahan Faktor Risiko pada Penanganan Stunting