Fluktuasi harga minyak dunia juga berperan penting dalam pergerakan nilai tukar rupiah.
Sebagai salah satu negara pengimpor minyak, Indonesia sangat terpengaruh oleh perubahan harga minyak global.
Ketika harga minyak turun, ini dapat mengurangi tekanan inflasi dan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia, yang pada gilirannya memperkuat rupiah.
BACA JUGA: Nilai Tukar Rupiah Melemah, Senin 27 Mei 2024 : Tergelincir 31 Poin ke Rp16.026 per Dolar AS
BACA JUGA:Nilai Tukar Rupiah Menguat 20 Poin per Rabu 22 Mei 2024 : Rp15.979 per Dolar AS !
3. Data Ekonomi Domestik
Data ekonomi domestik seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan neraca perdagangan juga memberikan dampak signifikan pada nilai tukar rupiah.
Penguatan rupiah kali ini bisa jadi didukung oleh data ekonomi yang positif, seperti peningkatan ekspor atau penurunan impor yang memperbaiki neraca perdagangan Indonesia.
Meskipun ada penguatan pada hari ini, nilai tukar rupiah masih menghadapi sejumlah tantangan.
Ketidakpastian global, seperti ketegangan geopolitik, perang dagang, dan perubahan kebijakan di negara-negara ekonomi besar, dapat memberikan tekanan pada rupiah.
Selain itu, kondisi ekonomi dalam negeri juga perlu terus dipantau, terutama dalam hal stabilitas politik, kebijakan fiskal, dan inflasi.
Namun demikian, prospek rupiah ke depan bisa tetap positif jika pemerintah dan Bank Indonesia mampu menjaga stabilitas ekonomi dan mengimplementasikan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
Upaya untuk meningkatkan investasi asing, diversifikasi ekspor, serta pengendalian inflasi akan menjadi kunci dalam menjaga dan memperkuat nilai tukar rupiah.
Pemerintah Indonesia bersama Bank Indonesia (BI) terus berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui berbagai kebijakan.
BI secara aktif melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga kestabilan rupiah dan memastikan likuiditas yang cukup di pasar.
Selain itu, pemerintah juga berupaya memperbaiki iklim investasi dan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di pasar global.