Dengan senjata di tangan, dia menyerang dan membunuh kedua adiknya.
Namun, karma datang dengan cepat. Wong Sulung terpeleset dan meninggal di tempat yang sama.
Di saat abu ditebarkan ke permukaan sungai, tiba-tiba di sepanjang sungai itu terciumlah bau angit (hangus) ke seluruh penjuru negeri.
Sehingga masyarakat di sekitar daerah kerajaan tersebut sampai sekarang menyebut sungai itu dengan nama Sungai Angit.
Anehnya lagi, sejak peristiwa itu sungai yang dulunya jernih dan bersih, warnanya berubah kuning kecoklat-coklatan dan berbau tidak sedap dan hal itu masih terus berlangsung hingga saat ini.
Beranjak ke masa kini, Desa Sungai Angit dikenal sebagai salah satu desa paling makmur di Kabupaten Musi Banyuasin.
Masyarakat desa ini banyak bergantung hidup dengan tambang minyak, bertani karet, berkebun sawit, dan wiraswasta.
Kekayaan alam dan potensi ekonomi yang melimpah membuat desa ini diakui sebagai desa yang sejahtera.
Sejak tahun 2022, infrastruktur jalan menuju Desa Sungai Angit telah diperbaiki.
Jalan yang sebelumnya hanya berupa cor dan banyak rusak, kini telah diaspal dan dicor beton, sehingga awet dan memudahkan akses transportasi.
Hal ini berdampak positif pada mobilitas warga dan distribusi hasil pertanian serta produk lokal.
Masyarakat Desa Sungai Angit didominasi oleh suku Musi.
Kehidupan sosial di desa ini cukup harmonis, dengan budaya gotong royong yang masih sangat kental.
Selain kegiatan ekonomi, masyarakat desa juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kebudayaan.
Selain potensi ekonomi, Desa Sungai Angit juga memiliki potensi wisata yang menjanjikan.
Sungai Angit, dengan segala cerita dan sejarahnya, bisa menjadi daya tarik wisata sejarah dan alam.