Raja Saringgo memiliki seorang istri bernama Suaru Demo, yang berasal dari sebuah desa tak jauh dari wilayah kekuasaan mereka.
Bersama-sama, mereka memiliki tiga putri yang sangat cantik: Wong Sulung, Wong Tengah, dan Wong Pisat.
Ketiga putri ini dikenal sering bermain dan bercanda di sungai yang terletak di belakang rumah mereka yang menyerupai sebuah istana.
Ada sebuah cerita menarik tentang ketiga putri Raja Saringgo yang sering bermain di sungai.
Suatu hari, saat bermain di sungai, Wong Pisat bertanya kepada kakaknya tentang arah aliran air sungai.
Pertanyaan ini menjadi awal dari sebuah tragedi yang mengubah nasib ketiga putri tersebut.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun.
Ketiga putri Raja Saringgo tumbuh menjadi gadis-gadis yang penuh pesona dan semakin sempurna.
Wong Sulung, putri tertua, mewarisi sifat sang raja yang adil dan tegas.
Namun, kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan oleh raja membuat Wong Sulung menjadi angkuh dan ditakuti oleh seluruh penghuni istana.
Suatu hari, Raja Saringgo menetapkan bahwa jika waktunya tiba, seluruh kendali kekuasaan kerajaan akan diberikan kepada Wong Sulung sebagai raja.
Dibantu oleh Wong Tengah sebagai perdana menteri dan Wong Pisat sebagai penasihat negara.
Keputusan ini membuat Wong Sulung semakin angkuh dan berpikir untuk menguasai kerajaan sepenuhnya.
Di sebuah sore yang tenang, Wong Sulung, dengan niat buruk, mendatangi kedua adiknya yang sedang bermain di sungai.