Sambut Nataru, KAI Divre III Palembang Perketat Pengamanan Jalur, 36 Tenaga Extra Disiagakan
Sambut Nataru 2025/2026, KAI Divre III Palembang Perketat Pengamanan Jalur, 36 Tenaga Extra Disiagakan-foto:dokumen palpos-
KORANPALPOS.COM – Menghadapi potensi cuaca ekstrem pada akhir tahun yang berpotensi mengakibatkan tanah labil, banjir, dan longsor, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional III Palembang memperketat pengamanan jalur dengan menyiagakan 36 tenaga ekstra untuk menjaga dan mengamankan 17 titik Daerah Penanganan Khusus (Dapsus) selama masa angkutan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
Langkah ini menjadi wujud nyata komitmen KAI dalam memastikan bahwa setiap perjalanan kereta api selama masa Nataru berlangsung aman, selamat, dan terkendali.
Manager Humas Divre III Palembang, Aida Suryanti, menegaskan bahwa keselamatan adalah prioritas utama dalam penyelenggaraan transportasi kereta api, apalagi saat curah hujan meningkat dan potensi gangguan prasarana semakin tinggi.
BACA JUGA:Kades Rengas I Tanggapi Aksi Warga Mandi Lumpur, Tegaskan Sudah Berulang Kali Ajukan Perbaikan Jalan
BACA JUGA:Aksi Mandi Lumpur Pria di Ogan Ilir Viral, Protes Jalan Rusak Tak Kunjung Diperbaiki
Cuaca Ekstrem dan Tenaga Ekstra
“Cuaca ekstrem bukan sekadar ancaman teknis, tetapi faktor risiko serius terhadap stabilitas jalur kereta api. Karena itu, KAI Divre III Palembang menjalankan pola operasi siaga dengan memperkuat penjagaan jalur. Setiap titik rawan dan pergerakan tanah kami pantau, dan setiap potensi ancaman direspon cepat,” tegas Aida.
Ia menambahkan bahwa penyiagaan tenaga extra di lapangan menjadi benteng pertama untuk memastikan seluruh perjalanan KA berada dalam kondisi aman.
BACA JUGA:Paparkan RDTR Rambang, Dorong Tata Ruang Berkelanjutan
BACA JUGA:Wujudkan Keadilan Humanis, Teken MoU Pidana Kerja Sosial
KAI Divre III Palembang mengatakan, terdapat 17 titik yang harus diawasi terus-menerus selama masa Nataru dengan kategori kerawanan berbeda, mulai dari 10 daerah tanah labil, 3 daerah rawan longsor, hingga 4 daerah Bangunan Hikmat (BH) atau jembatan rawan.
Seluruh titik tersebut berada dalam mode pengawasan 24 jam, terutama saat curah hujan tinggi yang dapat mempengaruhi stabilitas jalur, struktur jembatan, dan kondisi geoteknik.
“Satu perubahan kecil di struktur tanah bisa berdampak besar pada keselamatan perjalanan kereta api. Karena itu, setiap titik kami perlakukan sebagai area kritis yang memerlukan respons cepat dan presisi,” ujar Aida.