Mengubah Permainan Strategis di Laut Mediterania
PINDAHNYA ibu kota dari Madinah Munawwarah ke Damaskus di Syam telah menimbulkan gelombang perubahan besar dalam geopolitik kawasan.
Di bawah kepemimpinan Muawiyah, yang menjabat sebagai gubernur Syam, kekuatan Muslim berkembang pesat, menghadapi tantangan Byzantium yang tak pernah surut dalam ambisinya untuk menguasai kembali wilayah-wilayah tersebut.
Pertempuran laut menjadi panggung utama dalam konflik antara Byzantium dan kekhalifahan Muslim.
BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (15)
BACA JUGA:Teladan dari Rasulullah SAW Dalam Berbuka Puasa
Muawiyah dengan bijak memahami pentingnya dominasi laut dalam menjaga keamanan dan kestabilan wilayahnya.
Dengan pendirian pabrik kapal di Mesir, penguatan wilayah pesisir, dan pembangunan armada yang tangguh, Muawiyah berhasil mengamankan kontrol atas Laut Mediterania.
Pada puncaknya, ia bahkan melancarkan dua kali pengepungan terhadap Konstantinopel, ibu kota Byzantium, meskipun dengan hasil yang kurang memuaskan.
Namun, kegagalan tersebut tidak menyurutkan semangat dan strategi Muawiyah.
BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (14)
BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (13)
Beberapa faktor seperti kondisi cuaca ekstrem, tembok benteng yang kokoh, serta senjata mematikan bernama Api Yunani, menghambat upaya penaklukan Konstantinopel.
Meskipun demikian, upaya tersebut berhasil membuat Byzantium merasa terancam, sehingga terjadi kesepakatan gencatan senjata yang berdampak pada stabilisasi wilayah.
Setelah menyelesaikan urusan dengan Byzantium, perhatian Muawiyah beralih ke wilayah-wilayah lainnya.