Namun, tidak hanya kemenangan militer yang membuat Muawiyah dihormati, tetapi juga kesetiaannya terhadap Khalifah Utsman di masa-masa sulit.
Pada masa pemerintahan Utsman, umat Muslim dihadapkan pada gejolak dan fitnah yang disebabkan oleh pemberontakan internal.
BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (7)
BACA JUGA:Waspada Makan dan Minuman tak Sehat
Kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh kepentingan politik dan agama lainnya, seperti kaum Yahudi, Majusi, dan Nasrani, berusaha menggoyahkan kekuasaan Utsman.
Salah satu tokoh yang berperan dalam menyebarkan fitnah tersebut adalah Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk Islam.
Ia berhasil menghasut orang-orang untuk memberontak terhadap pemerintahan Utsman dengan memanfaatkan ketidakpuasan mereka.
Fitnah ini menyebabkan kerusuhan di berbagai kota besar seperti Hijaz, Kufah, Basrah, dan Syam.
Meskipun dihadapkan pada tekanan dan tuduhan-tuduhan yang tidak beralasan, Utsman menunjukkan sikap yang santun dan toleran.
Ia mencoba untuk mempertahankan perdamaian dan meminta pembantunya untuk memaafkan para pemberontak. Namun, akhirnya, Utsman terbunuh dalam suasana gejolak tersebut.
Dalam semua gejolak tersebut, Muawiyah tetap setia mendukung Utsman dan menjaga kesatuan umat Muslim.
Kesetiaan dan perjuangannya dalam memperluas wilayah Islam serta mempertahankan keutuhan umat menjadi warisan penting dalam sejarah Islam.
Kisah perjuangan Muawiyah bin Abu Sufyan menginspirasi generasi Muslim selanjutnya untuk tetap teguh dalam menjaga persatuan dan kesatuan umat, serta berjuang untuk kebenaran dan keadilan.(*/bersambung)