Kisah Perjuangan dan Kesetiaan
MUAWIYAH bin Abu Sufyan, seorang sahabat Nabi yang dihormati, tidak hanya dikenal karena kedekatannya dengan Rasulullah Muhammad, tetapi juga karena peran besar dalam memperluas wilayah Islam dan menjaga kesatuan umat Muslim.
Salah satu momen penting dalam sejarahnya adalah ketika ia memimpin ekspedisi pertama Muslimin menaklukkan Pulau Siprus pada tahun 27 H/648 M.
Pada masa itu, wilayah Muslimin dihadapkan pada ancaman Byzantium yang menggunakan Siprus sebagai pangkalan militer mereka.
Muawiyah menyadari pentingnya mengambil alih kontrol atas pulau tersebut untuk menjaga keamanan wilayah Muslimin di Laut Mediterania.
BACA JUGA:Kisah Sahabat Nabi Muawiyah bin Abu Sufyan (9)
BACA JUGA:Kisah Inspiratif Seorang Perempuan Tunanetra
Meskipun awalnya gagasan ini ditolak oleh Khalifah Utsman, namun atas desakan dan argumentasi yang kuat dari Muawiyah, Utsman akhirnya setuju dengan syarat bahwa istri-istri Muslimin boleh ikut serta dalam ekspedisi tersebut.
Muawiyah berhasil membentuk armada pertama Muslimin, dan tidak hanya para prajurit yang bersemangat, tetapi juga sahabat-sahabat senior seperti Abu Ayyub al-Anshari, Abu Darda’, dan lainnya ikut bergabung.
Bahkan istri Muawiyah, serta Ummu Haram binti Malhan, istri Ubadah bin Shamit, juga turut serta dalam ekspedisi ini, menunjukkan betapa pentingnya misi tersebut bagi umat Islam.
Ekspedisi pertama ini berjalan dengan gemilang, berhasil menaklukkan Siprus dan membuat warga setempat bersedia untuk bersikap netral dalam konflik Muslimin dengan Byzantium.
BACA JUGA:Kisah Muawiyah bin Abu Sufyan (8)
BACA JUGA:Mengatasi Susah Tidur Bagi Ibu yang Baru Melahirkan
Namun, tujuh tahun kemudian, pada tahun 655 M/34 H, terjadi perang laut antara armada Muslimin dan Byzantium yang dikenal sebagai Perang Dzat as-Shawari.
Perang ini berakhir dengan kemenangan bagi Muslimin, menandai akhir dari kejayaan Byzantium sebagai penguasa Laut Mediterania.