Secara umum, pasien kanker yang masih dapat beraktivitas seperti biasa membutuhkan kalori sebanyak 30-35 kkal/kg BB/hari.
BACA JUGA:Curah Hujan Tinggi, Rumah Nyaris Tertimbun Tanah
BACA JUGA:IIMS 2024 Wadah Interaksi Pelaku Hiburan
Bagi pasien yang lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur, kalori yang dibutuhkan sebanyak 20-25 kkal/kg BB/hari, serta pasien obesitas membutuhkan kalori yang disesuaikan dengan berat badan ideal.
“Yang cukup tinggi peningkatan kebutuhan nutrisi pasien kanker adalah protein karena kaitannya dengan penurunan massa otot mereka,” kata Wiji.
Pasien kanker memerlukan asupan protein sebanyak 1.2-2 gr/kg BB/hari dan disesuaikan dengan fungsi ginjal serta hati pasien.
Wiji pun merekomendasikan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung asam amino rantai cabang (BCAA) untuk memperbaiki selera makan dan mempertahankan massa otot pasien.
BCAA bisa didapat dari putih telur, ikan, ayam, daging sapi, susu, kacang kedelai, tahu, tempe, dan kacang polong.
Selain BCAA, pasien kanker juga bisa mengonsumsi makanan yang mengandung asam lemak omega-3 yang bisa didapat dari ikan kembung, tuna, makarel, lele, dan salmon.
Asam lemak omega-3 juga bisa didapat dengan mengonsumsi suplemen minyak ikan EPA sebanyak 2 gr/hari.
Tidak hanya itu, pasien kanker juga membutuhkan asupan lemak sebanyak 25-30 persen dari energi total, serta kebutuhan karbohidrat yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
Pemenuhan makanan karbohidrat ini bisa didapat dari nasi, ubi, singkong, kentang, jagung, gandum, dan buah-buahan.
“Vitamin dan mineralnya juga perlu diberikan, tetapi jangan berlebihan karena ini kaitannya dengan beberapa interaksi terapi pengobatan,” kata Wiji.
Jika sudah terjadi gangguan makan atau tanda-tanda malnutrisi pada pasien, rekomendasi makanan sehat di atas dapat dimodifikasi dalam bentuk lebih lunak atau halus (bubur, cincang, atau blender).
Jangan sampai asupan nutrisi pasien kanker kurang dari 60 persen kebutuhan tubuhnya selama satu minggu agar pasien terhindar dari risiko malnutrisi.
“Kadang-kadang ada mitos atau misinformasi yang membatasi asupan makanan pada pasien kanker. Sebetulnya tidak sepenuhnya salah, tetapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien,” kata Wiji.