Dalam beberapa tahun terakhir, sambal dabu-dabu semakin populer di restoran-restoran Indonesia dan luar negeri.
Banyak wisatawan yang mencoba sambal ini saat berkunjung ke Sulawesi Utara, kemudian membawanya sebagai bagian dari perjalanan kuliner mereka.
Beberapa chef internasional bahkan mengadaptasi sambal dabu-dabu untuk berbagai hidangan seafood karena dinilai cocok dengan ikan panggang, scallop, hingga grilled tuna.
Keunikan sambal ini yang tidak dimasak membuat rasa setiap bahan begitu terasa.
Kesan alami dan segarnya sejalan dengan tren kuliner modern yang mengutamakan bahan segar dan minim pengolahan.
Tidak heran jika sambal ini disebut sebagai bentuk “salsa” ala Indonesia karena kemiripannya dengan topping segar dari Amerika Latin.
Selain menggoyang lidah, sambal dabu-dabu juga menyimpan banyak manfaat kesehatan.
Kandungan vitamin C dari tomat dan jeruk memberikan manfaat bagi imunitas tubuh.
Cabai rawit dikenal mengandung capsaicin yang membantu melancarkan metabolisme dan meningkatkan pembakaran kalori.
Bawang merah juga dipercaya mengandung antioksidan serta membantu meredakan peradangan ringan.
Tidak ada proses penggorengan membuat sambal ini rendah lemak, sehingga banyak pecinta kuliner yang menjadikannya sebagai pelengkap makanan sehat.
Beberapa ahli gizi menyebut sambal dabu-dabu sebagai alternatif sambal rendah minyak yang tetap kaya rasa.
Di Manado dan daerah Sulawesi Utara, sambal dabu-dabu hampir selalu disajikan bersama hidangan laut, terutama ikan bakar.
Cara pembuatannya yang sederhana tetapi menghasilkan rasa yang segar membuatnya cocok dipadukan dengan ikan cakalang, baronang, tenggiri, atau ikan tuna.
Aroma jeruk lemon cui yang tajam memberikan sentuhan khas yang tidak ditemukan pada jenis sambal lainnya.
Tidak sedikit pedagang ikan bakar di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, hingga Denpasar yang mulai menambahkan sambal dabu-dabu sebagai menu pendamping.