“Kalau biasanya sate usus hanya dibumbui kecap atau balado, usus isi telur ini lebih istimewa. Rasanya gurih, agak creamy, dan bikin nagih,” ujar Nisa, seorang penikmat kuliner jalanan di kawasan Jakarta Selatan.
Membuat usus isi telur memang membutuhkan ketelitian lebih dibandingkan sate usus biasa. Usus harus dibersihkan dengan benar agar tidak meninggalkan bau amis.
Setelah itu, salah satu ujung usus diikat, lalu adonan telur cair dimasukkan ke dalamnya dengan bantuan corong kecil.
Setelah penuh, bagian ujung lainnya diikat rapat sehingga telur tidak bocor saat dimasak.
Ada yang memilih mengukus terlebih dahulu agar adonan telur di dalam usus matang merata, kemudian dilanjutkan dengan menggoreng untuk menghasilkan tekstur renyah di luar.
Beberapa pedagang juga langsung menggoreng usus isi telur dengan minyak panas. Hasilnya adalah camilan dengan bagian luar yang garing, namun tetap juicy di dalam.
Usus isi telur kini mulai banyak ditemukan di berbagai daerah, terutama di pasar malam, pedagang kaki lima, hingga warung makan.
Jajanan ini biasanya dijual dengan harga terjangkau, antara Rp5.000 hingga Rp10.000 per tusuk, tergantung ukuran dan isiannya.
Di media sosial, kreasi usus isi telur juga viral dan kerap mendapat perhatian warganet.
Banyak food vlogger hingga pecinta kuliner mencoba resep ini di rumah, kemudian membagikan hasilnya di platform seperti TikTok, Instagram, hingga YouTube.
Fenomena ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sangat terbuka terhadap inovasi kuliner, meski berbahan dasar sederhana seperti usus ayam dan telur.
Selain lezat, usus isi telur juga memiliki kandungan gizi yang cukup baik. Usus ayam mengandung protein, lemak, serta vitamin B kompleks.
Sementara itu, telur dikenal kaya akan protein, vitamin D, dan asam amino esensial yang baik untuk pertumbuhan serta kesehatan tubuh.
Meski begitu, para ahli gizi tetap menyarankan agar konsumsi camilan ini tidak berlebihan. Pasalnya, usus ayam memiliki kadar kolesterol yang cukup tinggi, sehingga sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah wajar.