Di dunia kuliner, jamur kuping gajah banyak digunakan dalam masakan Asia, seperti sup, capcay, tumisan, hingga salad.
Teksturnya yang kenyal memberikan sensasi unik saat dikunyah dan dapat menyerap bumbu dengan baik.
“Jamur ini sangat fleksibel. Bisa ditumis, disup, atau dicampur dalam bakso dan mi. Rasanya netral tapi teksturnya khas. Itu yang bikin orang suka,” ujar Ibu Sriyanti, pemilik warung makan sehat di Bandar Lampung.
Di beberapa daerah seperti Jawa Tengah dan Sumatera Barat, jamur kuping gajah juga diolah menjadi keripik jamur dan menjadi camilan sehat yang mulai digemari masyarakat urban.
Seiring meningkatnya permintaan pasar, banyak petani mulai tertarik untuk membudidayakan jamur kuping gajah.
Budidayanya pun tergolong cukup mudah dan tidak memerlukan lahan yang luas.
Jamur ini bisa dibudidayakan di media baglog berbasis serbuk kayu dengan kondisi ruangan yang lembap dan teduh.
Salah satu petani sukses adalah Pak Roni (39), warga Pringsewu, Lampung. Ia memulai usaha budidaya jamur kuping gajah sejak tahun 2022 dan kini mampu menghasilkan 50 kilogram jamur segar setiap minggu.
“Harga jualnya lumayan stabil, sekitar Rp 25.000 per kilogram untuk jamur segar, dan bisa lebih tinggi untuk yang dikeringkan. Permintaan dari rumah makan dan pasar tradisional terus naik,” ujar Pak Roni.
Jamur kuping kering bahkan memiliki nilai jual lebih tinggi, mencapai Rp 100.000 per kilogram.
Jamur kering ini banyak diminati untuk pasar ekspor ke negara-negara seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.
Melihat potensi besar dari jamur kuping gajah, sejumlah dinas pertanian di berbagai daerah mulai memberikan pelatihan dan bantuan alat budidaya kepada petani lokal.
Program pelatihan ini tidak hanya mengajarkan teknik budidaya, tetapi juga pengolahan pascapanen hingga pemasaran produk.
“Kami ingin petani tidak hanya menjual dalam bentuk mentah, tapi juga bisa mengolah menjadi produk turunan seperti keripik, abon jamur, atau jamur kering kemasan,” kata Budi Prasetyo, penyuluh pertanian dari Dinas Pertanian Provinsi Lampung.
Selain itu, koperasi tani juga mulai dibentuk untuk mempermudah pemasaran dan memperkuat daya tawar petani di pasar.
Meski menjanjikan, budidaya jamur kuping gajah masih menghadapi tantangan seperti fluktuasi suhu dan kelembapan, serta serangan hama jamur lain.