12 Desa Siaga Tsunami di Indonesia yang Diakui UNESCO : Cek Apakah Desamu Termasuk !

Senin 11 Nov 2024 - 08:51 WIB
Reporter : Maryati
Editor : Robiansyah

Keberhasilan ini menjadi langkah penting bagi Indonesia dalam meningkatkan sistem peringatan dini tsunami dan kesiapsiagaan masyarakat di pesisir.

Menurut Suci, selain 12 desa yang telah mendapat sertifikasi, saat ini ada sejumlah desa lain, termasuk di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, yang sedang dalam proses persiapan untuk memenuhi standar Tsunami Ready Community UNESCO.

Keberhasilan 12 desa ini meraih sertifikasi tidak terlepas dari upaya kolaboratif antara BMKG dan berbagai pihak.

BMKG bekerja sama dengan pemerintah daerah, lembaga swasta, organisasi masyarakat, dan institusi pendidikan dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang mitigasi bencana.

Pendampingan yang diberikan mencakup penyusunan peta risiko, simulasi evakuasi, pelatihan tim tanggap bencana, serta edukasi tentang pentingnya mitigasi bencana.

“Kami bersama dengan lembaga lain secara aktif mendampingi desa-desa ini, terutama dalam menyediakan berbagai alat dan pelatihan yang dibutuhkan untuk menghadapi bencana tsunami. Dengan kesiapan yang teruji, masyarakat bisa lebih tenang dan siap dalam situasi darurat,” kata Suci.

Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki total 22 desa yang diakui sebagai Tsunami Ready Community oleh UNESCO.

Sebelumnya, 10 desa yang tersebar di Aceh, seperti Desa Lamkruet dan Gampong Mon Ikeun, juga telah mendapatkan pengakuan internasional tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia semakin berkomitmen dalam membangun desa-desa tangguh bencana sesuai dengan standar internasional.

Pemerintah melalui BMKG terus berupaya memperluas cakupan desa yang memiliki kesiapan dalam menghadapi tsunami.

Saat ini, berbagai desa di wilayah pesisir Indonesia, terutama di kawasan rawan seperti Sumatera, Jawa, dan Bali, terus dipantau dan diberikan pendampingan untuk menuju standar Tsunami Ready Community UNESCO.

Walaupun pengakuan ini merupakan pencapaian besar, tantangan ke depan masih cukup berat.

Proses mitigasi bencana tidak hanya sekadar mempersiapkan desa dengan rambu dan fasilitas evakuasi, tetapi juga melibatkan perubahan perilaku dan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesiapsiagaan.

“Kesadaran dan pemahaman masyarakat sangat penting. Dengan pengakuan ini, kita berharap masyarakat lebih tanggap dan sigap dalam menghadapi situasi bencana. Namun, perubahan pola pikir dan kesadaran masih menjadi tantangan utama yang harus dihadapi bersama,” tambah Suci.

Program ini juga diharapkan dapat memberikan contoh bagi komunitas internasional dalam hal membangun kesiapsiagaan berbasis komunitas.

BMKG akan terus berkolaborasi dengan organisasi internasional dan lembaga lokal untuk memberikan pendampingan berkelanjutan, demi menciptakan lebih banyak Tsunami Ready Community di seluruh Indonesia.

Kategori :