Komoditas lain yang mengalami penurunan harga adalah kedelai biji kering (impor), yang turun 0,74 persen atau Rp80 menjadi Rp10.700 per kg.
Penurunan ini dinilai sebagai hasil dari stabilnya pasokan kedelai impor yang digunakan untuk produksi tahu dan tempe, dua makanan pokok rakyat Indonesia.
Namun, harga gula konsumsi justru mengalami kenaikan sebesar 0,56 persen atau Rp100 menjadi Rp17.990 per kg.
Kenaikan harga gula ini dapat berdampak pada industri makanan dan minuman yang sangat bergantung pada pasokan gula.
Harga minyak goreng juga menunjukkan tren yang bervariasi.
Minyak goreng kemasan sederhana mengalami kenaikan sebesar 3,75 persen atau Rp680 menjadi Rp18.800 per kg,
Sementara minyak goreng curah justru turun 8 persen atau Rp1.310 menjadi Rp15.070 per kg.
Kenaikan harga minyak goreng kemasan sederhana dinilai sebagai akibat dari kenaikan biaya produksi dan distribusi.
Sementara penurunan harga minyak goreng curah didorong oleh kebijakan pemerintah untuk menstabilkan harga komoditas ini di pasar.
Harga jagung, yang banyak digunakan sebagai pakan ternak, juga mengalami kenaikan signifikan.
Di tingkat peternak, harga jagung naik hingga 15,59 persen atau Rp940 menjadi Rp6.970 per kg.
Kenaikan harga jagung ini diperkirakan akan berdampak pada biaya produksi di sektor peternakan, terutama bagi para peternak ayam dan sapi yang sangat bergantung pada pakan jagung.
Akibatnya, harga produk hewani seperti daging dan telur ayam berpotensi mengalami kenaikan lebih lanjut di masa mendatang.
Selain jagung, harga tepung terigu juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Tepung terigu curah naik 3,44 persen atau Rp350 menjadi Rp10.510 per kg.
Sementara tepung terigu non-curah naik 6,42 persen atau Rp840 menjadi Rp14.930 per kg.