Terkait titik panas yang relatif marak memasuki September 2024 ini, sejumlah warga Sumsel menyatakan kekhawatiran terhadap dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terhadap kesehatan dan lingkungan.
BACA JUGA:Polisi Akan Periksa Nikita Mirzani Terkait Kasus Aborsi
BACA JUGA:Ada-ada Saja ! Bangun Rumah Sendiri Bakal Kena Pajak 2,4 Persen
Misalnya warga di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), yang merupakan daerah dengan titik panas terbanyak, mengungkapkan rasa cemas mereka.
"Kualitas udara semakin buruk, dan kami khawatir kesehatan anak-anak terganggu," kata Rina, warga setempat, Jumat (20/9).
Selain itu, dia berharap pemerintah dapat lebih proaktif dalam menangani masalah ini."
Sedangkan Kardi, salah seorang petani di Muara Enim, berharap ada langkah konkret untuk mencegah kebakaran lebih lanjut.
"Kami butuh edukasi tentang cara bertani yang aman agar tidak menggunakan pembakaran," ujarnya.
Ia juga meminta peningkatan pengawasan dan penegakan hukum bagi pihak-pihak yang masih membakar lahan.
Arifin, warga Kota Palembang menyarankan perlunya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat.
"Penting untuk melibatkan masyarakat dalam pencegahan karhutla melalui program penyuluhan dan pengawasan bersama," ujarnya.
Dimana warga berharap langkah-langkah tersebut dapat mengurangi jumlah titik panas dan melindungi lingkungan serta kesehatan mereka di masa mendatang.
"Kami ingin hidup di lingkungan yang sehat dan aman untuk generasi mendatang," ujar Erva, warga Kota Palembang lainnya.
Sebelumnya, Pj Bupati Muba H Sandi Fahlepi minta kepada perusahaan yang beroperasi di wilayah Kabupaten Muba untuk terus mewaspadai setiap celah kemungkinan terjadinya kebakaran hutan, kebun dan Lahan (Karhutbunlah).
Hal tersebut diungkapkannya melalui Sekda Muba H Apriyadi Mahmud saat memimpin rapat koordinasi tentang pemenuhan kewajiban perizinan berusaha subsektor perkebunan dan dalam rangka mengantisipasi kebakaran hutan, kebun dan Lahan (Karhutbunlah) di Kabupaten Muba.