Selain itu, berbagai desa dan kecamatan di NTT seperti Sikka, Rote Ndao, Sumba Barat Daya, dan Ende juga merasakan dampak dari minimnya curah hujan dengan durasi kering mencapai 69 hingga 72 hari.
Selain NTT, Provinsi Jawa Timur juga menghadapi kekeringan yang berkepanjangan.
Di Jember dan Kota Probolinggo, daerah ini sudah mengalami 139 hari tanpa hujan.
BACA JUGA:5 Desa Kaya Raya di Indonesia 2024 dengan Penghasilan Fantastis : Sumatera Selatan tidak Ada !
BACA JUGA:7 Kabupaten Terpadat di Sumatera Selatan 2024 : Tren, Tantangan, dan Harapan !
Pasuruan, Situbondo, Banyuwangi, dan Blitar juga telah mencapai angka 137 hingga 138 hari tanpa curah hujan.
Daerah-daerah lain seperti Mojokerto, Tulungagung, dan Bangkalan juga dilaporkan mengalami kondisi serupa dengan durasi kering di atas 135 hari.
Pertanian menjadi sektor yang paling rentan terhadap kondisi ini.
Jawa Timur, yang terkenal sebagai salah satu lumbung pangan nasional, kini menghadapi ancaman gagal panen di banyak daerah akibat keterbatasan air irigasi.
Warga di wilayah pedesaan yang bergantung pada pertanian kini harus mencari cara alternatif untuk mempertahankan tanaman mereka, sementara pasokan air menjadi semakin langka.
Selain NTT dan Jawa Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) juga merasakan dampak kekeringan.
Di Bima, sudah 137 hari tidak turun hujan, sementara di Lombok Timur kekeringan berlangsung selama 94 hari.
Kondisi ini juga berdampak pada pasokan air bersih bagi masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang tidak memiliki akses langsung ke sumber air yang stabil.
Di Sulawesi Selatan, kekeringan ekstrem juga melanda Barru, Pangkep, Takalar, dan Makassar yang masing-masing mengalami 68 hari tanpa hujan.
Sementara itu, Daerah Istimewa Yogyakarta juga terdampak dengan Bantul mengalami kekeringan selama 68 hari, dan Gunungkidul dengan 67 hari tanpa curah hujan.
Provinsi Jawa Barat juga tidak luput dari kondisi kekeringan.