Update ! Kurs Rupiah Selasa 13 Agustus 2024 : Menguat 27 Poin Menjadi Rp15.928 per Dolar AS

Selasa 13 Aug 2024 - 11:45 WIB
Reporter : Echi
Editor : Zen Kito

Dengan suku bunga yang lebih rendah, dolar AS cenderung kehilangan daya tariknya sebagai aset investasi, sehingga memicu aliran modal keluar dari AS ke negara-negara lain yang menawarkan suku bunga lebih tinggi.

Kondisi ini biasanya menyebabkan pelemahan dolar AS dan penguatan mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah.

Namun, di balik penguatan tersebut, investor tetap berhati-hati menantikan data ekonomi penting dari AS, seperti data inflasi produsen yang akan dirilis malam ini.

BACA JUGA:UPDATE ! Kurs Rupiah Jumat 2 Agustus 2024 : Tergerus 38 Poin Jadi Rp16.275 per Dolar AS

BACA JUGA:UPDATE ! Kurs Rupiah Kamis 1 Agustus 2024 : Tergelincir 2 Poin Menjadi Rp16.262 per Dolar AS

Data ini akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter The Fed ke depan.

Selain spekulasi mengenai kebijakan suku bunga The Fed, investor juga sangat menantikan data inflasi produsen AS yang akan dirilis pada Selasa malam.

Data inflasi ini penting karena memberikan gambaran tentang tekanan harga pada tingkat produsen, yang seringkali menjadi indikator awal bagi inflasi konsumen.

Pada bulan Juli 2024, inflasi inti AS diperkirakan naik 0,2 persen secara month on month (mom), namun turun dari 3 persen ke 2,7 persen secara year on year (yoy).

Jika data ini menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi, maka bisa terjadi pembalikan arah dalam kebijakan moneter The Fed, yang pada akhirnya dapat mengubah sentimen pasar terhadap dolar AS dan rupiah.

Menurut Lukman Leong, meskipun prospek penurunan suku bunga The Fed telah memberikan dorongan positif bagi rupiah, namun penguatan ini masih akan terbatas.

“Rupiah masih akan bergerak dalam rentang sempit antara Rp15.900 per dolar AS hingga Rp16.000 per dolar AS pada perdagangan hari ini, karena investor masih menantikan data inflasi produsen AS malam ini,” tambahnya.

Selain faktor internal seperti kebijakan moneter AS, nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh dinamika pasar global yang lebih luas.

Misalnya, ketidakpastian geopolitik, fluktuasi harga komoditas global, dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara utama lainnya juga memiliki dampak signifikan terhadap nilai tukar mata uang.

Di tengah ketidakpastian global, mata uang negara berkembang sering kali dianggap lebih berisiko, yang menyebabkan volatilitas yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, penguatan rupiah pada Selasa ini juga harus dilihat dalam konteks risiko global yang lebih luas.

Kategori :