Bergelut dengan Nestapa Akibat Bencana Sepanjang 2024

Warga melintasi puing bangunan rumah yang hancur akbiat dihantam banjir lahar dingin Gunung Marapi di Desa Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (16/5/2024).-Foto : ANTARA -

Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki menjadi salah satu peristiwa bencana yang besar di Indonesia tahun ini.

Pada 4 November 2024 atau sembilan bulan berlalu setelah warga sudah kembali ke rumahnya masing-masing, mereka dikejutkan lagi oleh erupsi fase kedua yang jauh lebih besar. 

Kali ini gunung kembar tersebut juga melontarkan bebatuan panas dengan kobaran api yang menghujani permukiman warga di sekitarnya.

Lontaran material vulkanik itu mengakibatkan sembilan orang meninggal dunia dan satu orang luka berat, dimana salah satu kakinya harus diamputasi.

Total 13 ribu lebih orang terdampak dalam peristiwa ini, sekitar 6 ribu di antaranya harus dipindahkan untuk menempati tempat tinggal dan lingkungan yang baru karena alasan keselamatan.

Para korban ini merupakan warga dari 14 desa dalam wilayah administrasi Kecamatan Ile Bura, Titehena, dan Walanggitang di Kabupaten Flores Timur.

Beralih ke Kabupaten Demak dan Kudus di Jawa Tengah.

Daerah ini dilanda banjir pada 5 Februari 2024. Banjir merusak 26.998 hektare sawah hingga petani daerah itu mengalami gagal panen, 4 ribu rumah terendam dan memaksa sebanyak 71 ribu orang dievakuasi ke tempat pengungsian  lebih dari tiga pekan lamanya.

Sebagai bahan evaluasi, dampak bencana itu semestinya bisa dicegah jika saja rehabilitasi - perawatan tanggul pembatas di Sungai Wulan diselesaikan tepat waktu.

Jebolnya tanggul dan sumbatan aliran air akibat tata kota yang tumpang tindih menyasar kawasan bantaran turut berkontribusi membuat banjir meluas ketika diterpa hujan intensitas tinggi kala itu.

Apa yang terjadi di "Kota Santri" ini, lain halnya dengan bencana tanah longsor di Jalan Poros Desa Bonglo-Palopo, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, yang menjadi contoh paling kentara mengenai abainya manusia.

Tanah longsor tersebut terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi, sehingga meruntuhkan segmen tebing dengan struktur tanah yang labil pada 26 Februari 2024.

Beberapa hari sebelum terjadi tanah longsor telah diinformasikan akan ada peningkatan hujan deras, masyarakat diimbau untuk waspada dan menghindari kawasan perbukitan.

Namun informasi yang didapatkan, saat kejadian tanah longsor justru banyak warga yang berkerumun di lokasi kejadian.

Nahas bagi warga itu, beberapa di antara mereka tidak menyadari bahwa eskalasi longsoran meluas, sehingga dengan cepat datang langsung menggulung.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan