Bergelut dengan Nestapa Akibat Bencana Sepanjang 2024

Warga melintasi puing bangunan rumah yang hancur akbiat dihantam banjir lahar dingin Gunung Marapi di Desa Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (16/5/2024).-Foto : ANTARA -

Banjir setinggi 3 meter merendam 3.268 rumah, menghanyutkan 211 rumah, dan empat jembatan, merusak empat ruas jalan penghubung, merobohkan talut sungai sepanjang 50 meter dengan kondisi rusak berat itu melanda 56 desa di 12 kecamatan yakni, Latimojong, Suli, Suli Barat, Ponrang Selatan, Ponrang, Bupon, Larompong, Larompong Selatan, Bajo, Bajo Barat, Kamanre, Belopa, dan Kecamatan Belopa Utara.

Tercatat 13 orang meninggal dunia yang mayoritas lansia dan balita warga dari Kecamatan Latimojong dan Suli Barat.

Sebanyak 3.479 keluarga yang terdampak, 155 jiwa di antaranya terpaksa mengungsi memanfaatkan bangunan masjid dan gedung sekolah terdekat.

Padamnya jaringan listrik dan telekomunikasi makin menambah penderitaan bagi warga yang masih terisolasi akibat bencana sejak 3 Mei 2024.

Sepekan berlalu, ada lebih dari 400 orang warga di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, dievakuasi setelah Gunung Ibu meletus untuk fase kedua kalinya Sabtu, 18 Mei 2024 malam.

Ratusan orang yang dievakuasi tersebut berasal dari tujuh desa di Halmahera Barat, dua di antaranya adalah Desa Gam Ici dan Desa Tongte Ternate.

Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini akan tetapi aktivitas vulkanis gunung tersebut masih berlangsung saat ini dengan status siaga atau level III.

Belum selesai proses evakuasi korban erupsi Gunung Ruang dilakukan oleh tim petugas gabungan di Maluku Utara, peristiwa bencana lain juga terjadi di Sumatera Barat dengan dampak yang sangat besar hingga ditetapkan sebagai bencana nasional.

Lebih dari 3.650 orang warga dievakuasi, 67 orang meninggal dunia, 20 orang hilang, dan sedikitnya 44 orang mengalami luka-luka akibat banjir bandang bercampur lahar dingin dan bebatuan berukuran besar lebih dari dua meter dari puncak Gunung Marapi; peristiwa ini melanda Kabupaten Agam, Tanah Datar, Padang Pariaman, Kota Padang dan Padang Panjang, Sumatera Barat.

Total ada 35 unit jembatan dan lebih dari 150 meter panjang jalan yang rusak hingga sempat melumpuhkan jalur transportasi darat dari Padang-Bukittinggi-Padang Panjang-Tanah Datar-Solok-Lima Puluh Kota dan wilayah lainnya.

Pada medio bulan Juni-September sebagian wilayah Indonesia mengalami kekeringan setelah puluhan hari tidak diguyur hujan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memetakan kekeringan terparah melanda sejumlah daerah di Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara yang mengalami hari tanpa hujan sepanjang 21-30 hari atau lebih panjang dari sebelumnya.

Pada awal bulan Juli, terjadi tanah longsor di areal tambang emas rakyat Desa Tulabolo Timur, Suwawa Timur, Bone Bolango, Gorontalo.

Peristiwa ini mengakibatkan 23 orang meninggal dunia dan 85 orang mengalami luka-luka mereka adalah penambang dan beberapa anggota keluarganya yang saat longsor berada di sekitar areal tambang.

Kejadian bencana kemudian berlanjut dengan banjir bandang membawa material lumpur tanah, pasir, dan batu dari Gunung Gamalama melanda Kecamatan Rua, Ternate, Maluku Utara.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan