Lontong, yang menjadi sumber karbohidrat dalam hidangan ini, disajikan sebagai pendamping yang sempurna untuk menyerap bumbu dan kuah cungkring.
BACA JUGA:Perbedaan Antara Tahu dan Tempe dari Kacang Kedelai
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Kacang Kedelai: Manfaat, Varietas dan Peran dalam Pangan Sehari-hari
Cungkring biasanya disajikan di atas piring atau daun pisang, yang menambah aroma khas dan meningkatkan pengalaman bersantap.
Potongan kikil, tempe, dan lontong disusun dengan rapi, lalu disiram dengan bumbu kuning yang kental dan beraroma.
Tidak lupa ditambahkan taburan bawang goreng dan sedikit kecap manis untuk memberikan sentuhan akhir.
Cita rasa cungkring sangat khas, dengan perpaduan gurih dan sedikit manis dari bumbu kuning dan kecap manis.
Tekstur kenyal kikil berpadu dengan renyahnya tempe goreng dan lembutnya lontong, menciptakan harmoni rasa dan tekstur yang sulit dilupakan.
Salah satu tempat legendaris untuk menikmati cungkring di Bogor adalah di Jalan Suryakencana, yang terkenal sebagai pusat kuliner tradisional.
Di sini, cungkring dijual oleh pedagang kaki lima yang telah berjualan selama puluhan tahun.
Salah satu penjual yang terkenal adalah "Cungkring Pak Jumat", yang telah berjualan sejak tahun 1970-an.
Resep turun-temurun dari keluarga Pak Jumat tetap dijaga dengan baik, menjadikan cungkringnya sebagai salah satu yang paling dicari.
Selain di Jalan Suryakencana, cungkring juga dapat ditemukan di berbagai sudut kota Bogor, mulai dari pasar tradisional hingga festival kuliner.
Meskipun kini muncul banyak variasi dan inovasi, cungkring tradisional tetap menjadi favorit banyak orang.
Cungkring tidak hanya menjadi simbol kuliner tradisional, tetapi juga memiliki peran penting dalam ekonomi lokal.
Banyak pedagang cungkring yang mengandalkan penjualan hidangan ini sebagai sumber penghasilan utama mereka.