KULINER,KORANPALPOS.COM - Bogor, sebuah kota yang dikenal dengan julukan Kota Hujan, tidak hanya menawarkan pesona alam yang memukau, tetapi juga ragam kuliner yang menggoda selera.
Salah satu kuliner legendaris yang masih bertahan hingga saat ini adalah "Cungkring".
Makanan tradisional khas Bogor ini telah menjadi bagian penting dari warisan budaya kuliner kota dan terus diminati oleh berbagai kalangan, dari warga lokal hingga wisatawan.
Cungkring merupakan makanan khas Bogor yang telah ada sejak zaman kolonial Belanda.
BACA JUGA:Telur Omelet : Makanan Sederhana dengan Banyak Manfaat
Nama "Cungkring" sendiri berasal dari bahasa Sunda yang berarti "kecil dan kurus", merujuk pada bentuk potongan kikil (kulit sapi) yang menjadi bahan utama hidangan ini.
Awalnya, cungkring dijual oleh pedagang keliling yang berkeliling menggunakan gerobak sederhana.
Kini, cungkring telah mengalami berbagai inovasi dan penyesuaian tanpa kehilangan cita rasa aslinya.
Bahan utama untuk membuat cungkring adalah kikil sapi yang dimasak hingga empuk. Selain kikil, bahan lain yang tak kalah penting adalah tempe dan lontong.
BACA JUGA:Kecap: Cita Rasa Khas Indonesia yang Mendunia
BACA JUGA:Urap Sayur : Menyelami Kelezatan dan Khasiatnya dalam Tradisi Kuliner Indonesia
Kikil yang telah dimasak kemudian dipotong kecil-kecil dan dibumbui dengan bumbu kuning yang khas.
Bumbu kuning ini terbuat dari campuran kunyit, bawang putih, bawang merah, ketumbar, kemiri, dan berbagai rempah lainnya yang dihaluskan dan ditumis hingga matang.
Tempe yang digunakan biasanya digoreng terlebih dahulu hingga berwarna kecokelatan, memberikan tekstur renyah yang kontras dengan kikil yang kenyal.