Di antaranya melalui Gerakan Sumsel Mandiri Pangan, Revitalisasi Posyandu, Pendampingan Keluarga Berisiko Stunting, Penguatan Kader, Pembanguan Manusia di desa dan Gerakan Aksi Bergizi di 17 Kabupaten/Kota.
Tak hanya itu, tingkat kemiskinan ekstrem di wilayah ini berada pada angka 1,29 persen per bulan Maret tahun 2023.
Capaian tersebut membuat Provinsi Sumsel mampu menurunkan kemiskinan ekstrem tertinggi untuk wilayah Sumatera yaitu dari 3,19 persen pada Maret 2022 menjadi 1,29 persen pada Maret 2023.
“Capaian tersebut membuat wilayah kami menjadi yang tercepat se-Sumatera dalam menurunkan kemiskinan ekstrem,” ucap Fatoni.
BACA JUGA: Ombudsman RI Perwakilan Sumsel Ungkap Dugaan Kecurangan PPDB SMA Jalur Prestasi : Begini Modusnya !
BACA JUGA:Banjir dan Macet : Kado HUT Palembang ke-1.341
Upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi kemiskinan ekstrem, yaitu Bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP), pengendalian harga bahan pokok/inflasi, kontribusi bantuan kesehatan/KIS serta mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) di Kabupaten/Kota, bantuan sekolah gratis, revitalisasi pertanian dan optimalisasi pembangunan infrastruktur desa (air bersih, sanitasi dan lain-lain).
Tak hanya penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumsel, inflasi Provinsi Sumsel pada bulan Mei 2024 sebesar 0.06% (mtm) atau menurun dibandingkan pada bulan sebelumnya yaitu bulan April 2024 sebesar 0,43%.
Untuk inflasi tahunan menurun menjadi 2,98% secara year on year (yoy) dari inflasi bulan sebelumnya 3,12% (yoy).
Terjaganya inflasi ini, berkat dukungan dari Kabupaten/kota, BUMN dan BUMD yang secara masif menggelar Gerakan Pangan Murah, Operasi Pasar Murah, Pelaksanaan High Level Meeting (HLM) kerjasama Bank Indonesia (BI), Bulog dan Pemprov Sumsel. ***