Di samping itu, terdapat pula sungai-sungai lain yang lebih kecil, yakni Sungai Terbisan, Bukit Lintang, Bayung Lencir, dan Sarim.
Sungai-sungai ini berperan penting dalam kehidupan masyarakat, baik sebagai sumber air, jalur transportasi, maupun sebagai tempat mencari ikan.
BACA JUGA:Fakta Unik Kabupaten Lahat : Kaya Batubara, Jumlah Penduduk Miskin Nomor 2 di Sumatera Selatan !
Sejarah dan Masyarakat Bayung Lencir
Dahulu kala, di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, terbentuklah sebuah masyarakat yang erat hubungan persaudaraannya.
Di wilayah ini terdapat tiga marga utama, yaitu Marga Bayat, Marga Lalan, dan Marga Tungkal Ulu, yang saling terkait melalui keturunan Puyang Temenggung.
Puyang Temenggung, atau Puyang Kubu Leber Telapak, seorang pemuda luar biasa, memulai perjalanan mengembara setelah mengalami hambatan dalam memeluk agama Islam di dusunnya.
Di perjalanan mengembara, Puyang Temenggung bertemu dengan seorang wanita hebat bernama Polot, yang kemudian menjadi istrinya.
Mereka menetap dan membentuk perkampungan baru bernama Talang Kelapo Sebatang.
Dari pernikahan mereka, lahir enam orang anak yang kemudian mendirikan dusun-dusun baru seperti Talang Buruk, Melamon, Tampang, dan Penamping.
Dusun-dusun yang didirikan oleh anak-anak Puyang Temenggung berkembang menjadi komunitas yang memiliki hubungan persaudaraan yang erat.
Pada masa itu, hukum sefali adat diakui dan dihormati oleh rakyat ketiga marga tersebut.
Seiring berjalannya waktu, dusun-dusun tersebut berkembang menjadi desa-desa yang memiliki cerita dan karakteristik tersendiri.
Desa Bayung Lencir, yang memiliki penduduk dari berbagai suku, menjadi destinasi baru bagi pendatang. Desa Muara Bahar diisi oleh pendatang baru dan pindahan dari berbagai daerah, menambah keberagaman di kecamatan ini.
Desa-desa lain seperti Kali Berau, Suka Jaya, Mendis, Pulai Gading, Mangsang, Muara Medak, dan Karang Agung semuanya membawa keberagaman penduduk dari berbagai latar belakang.