Surplus neraca perdagangan yang terus berlanjut menunjukkan kinerja ekspor yang kuat dan aliran devisa yang positif, memperkuat cadangan devisa dan stabilitas mata uang.
3. Penurunan Inflasi AS
Penurunan inflasi AS membuka peluang bagi Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga, yang dapat melemahkan dolar AS dan memperkuat mata uang negara-negara lain termasuk rupiah.
4. Kebijakan Moneter yang Mendukung
Kebijakan moneter yang tepat dari Bank Indonesia, termasuk suku bunga yang kompetitif dan intervensi pasar jika diperlukan, membantu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
5. Sentimen Pasar yang Positif
Sentimen pasar yang positif terhadap ekonomi Indonesia dan prospek global yang lebih baik juga mendorong penguatan rupiah.
Penguatan nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis ini menunjukkan adanya dukungan yang kuat dari berbagai faktor domestik dan global.
Surplus neraca perdagangan yang terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi yang solid, serta kondisi ekonomi global yang mendukung memberikan sentimen positif terhadap rupiah.
Dengan berbagai faktor pendukung tersebut, rupiah diprediksi akan terus menguat dalam beberapa waktu ke depan, memberikan optimisme bagi perekonomian Indonesia di tengah tantangan global yang ada.
Sebagai negara dengan ekonomi yang sedang berkembang, stabilitas nilai tukar mata uang menjadi sangat penting.
Penguatan rupiah ini tidak hanya memberikan kepercayaan bagi investor domestik dan internasional, tetapi juga mendukung upaya pemerintah dalam menjaga kestabilan ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.***