Di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, hingga Palembang, sejumlah UMKM bahkan menjadikannya menu andalan karena bahan bakunya mudah didapat dan proses penyajiannya cepat.
“Dalam sehari bisa habis ratusan porsi. Orang suka karena rasanya kuat dan bikin nagih,” kata André, pemilik warung makan khas Minang di Jakarta Selatan.
Fenomena ini turut mendorong meningkatnya penjualan kerupuk kulit kering yang dijual kemasan.
Sejumlah produsen lokal mengaku kebanjiran permintaan untuk kerupuk kulit mentah yang nantinya digoreng dan disiram gulai oleh pembeli.
Selain nikmat disantap sebagai camilan, kerupuk kulit siram gulai juga sering menjadi menu pelengkap di acara keluarga, pesta adat, hingga jamuan resmi.
Rasanya yang gurih dan aromanya yang kaya rempah membuatnya mudah disukai berbagai kalangan.
Kerupuk kulit siram gulai juga kerap dipilih sebagai hidangan pembuka karena mampu meningkatkan selera makan.
Tekstur unik yang lembut di satu sisi dan tetap krispi di sisi lainnya membuat kuliner ini dianggap berbeda dari kerupuk biasa.
Salah satu alasan kerupuk kulit siram kuah gulai digemari adalah karena kuah gulai mengandung banyak rempah yang dipercaya memberikan manfaat bagi tubuh.
Rempah seperti kunyit, jahe, dan serai dikenal memiliki khasiat antiinflamasi dan dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
Santan yang digunakan dalam gulai menambah cita rasa gurih sekaligus memberikan energi. Meski demikian, ahli gizi mengingatkan agar konsumsi tetap seimbang.
“Kerupuk kulit itu tinggi protein dan lemak. Kuah gulai juga kaya santan. Boleh menikmati, tapi tetap dalam porsi wajar,” kata nutrisionis dari salah satu klinik kesehatan di Palembang.
Di balik popularitasnya, pelaku UMKM mengaku menghadapi tantangan berupa harga kulit sapi dan kerbau yang terus naik dalam beberapa bulan terakhir.
Kenaikan harga ini membuat sebagian pedagang harus menyesuaikan harga jual atau mengecilkan porsi agar tetap mendapatkan keuntungan.
“Kulit sapi sekarang mahal. Kami harus pandai mengatur agar tetap bisa menjual dengan harga terjangkau,” ujar Ranto, pengusaha kerupuk kulit rumahan di Sumatera Barat. Meski begitu, ia optimistis permintaan yang tinggi mampu menyeimbangkan biaya produksi.
Para pedagang berharap pemerintah daerah dapat memberikan dukungan berupa pelatihan, akses permodalan, dan pemasaran digital untuk mendorong produk lokal seperti kerupuk kulit bisa menembus pasar nasional.