Kue kojo dibuat menggunakan tepung terigu, telur, santan kental, gula pasir, dan perisa alami daun pandan, kemudian dipanggang hingga matang dan beraroma harum.
Kue kojo dipercaya sudah ada sejak masa kerajaan Sriwijaya, ketika masyarakat Palembang mulai mengenal teknik pengolahan makanan dengan santan dan daun pandan.
Dahulu, kue ini sering disajikan untuk jamuan tamu kerajaan atau pada upacara adat seperti pernikahan dan khitanan.
Kini, kue kojo tidak hanya menjadi bagian dari tradisi, tetapi juga hadir sebagai oleh-oleh khas Palembang yang mudah ditemukan di toko kue tradisional.
Popularitasnya bahkan telah meluas hingga ke provinsi lain di Sumatera dan Jawa.
Meski dikenal sebagai kue tradisional, kue kojo kini memiliki berbagai inovasi rasa dan bentuk.
Beberapa penjual menghadirkan variasi rasa cokelat, keju, durian, hingga pandan susu.
Bahkan ada pula yang menambahkan topping seperti meses, almond, atau parutan kelapa di atasnya untuk menambah cita rasa.
Selain itu, teknik pemanggangan modern membuat tampilan kue ini semakin menarik.
Dulu, kue kojo sering dimasak menggunakan tungku tanah liat dengan bara api di atas dan bawah loyang.
Kini, oven listrik dan gas digunakan agar hasilnya lebih merata dan efisien.
Selain lezat, kue kojo juga mengandung nilai gizi dari bahan-bahan alaminya.
Santan mengandung lemak sehat dan antioksidan, sementara daun pandan kaya akan senyawa alkaloid, flavonoid, dan tanin yang baik untuk pencernaan.
Meski begitu, karena kadar gula dan lemaknya cukup tinggi, sebaiknya kue kojo dikonsumsi secara wajar.
Menikmatinya dalam porsi kecil sudah cukup untuk memberikan energi dan rasa kenyang.
Membuat kue kojo sebenarnya cukup sederhana. Berikut langkah-langkah dasarnya: