Maka, fokus kini beralih pada bagaimana cara mengelola risiko dan menata kembali struktur keuangannya.
Pemerintah telah membuka opsi restrukturisasi utang kepada pihak CDB, termasuk kemungkinan memperpanjang tenor pembayaran, menurunkan bunga, atau memberikan masa tenggang (grace period), namun negosiasi lintas negara bukan hal mudah.
Tiongkok, sebagai kreditur, tentu memiliki kepentingan menjaga kepastian investasinya.
Opsi lain yang mengemuka adalah penyertaan modal negara (PMN) tambahan ke PT KAI, yang nantinya bisa digunakan untuk memperkuat posisi keuangan konsorsium.
Tetapi langkah ini juga mengandung risiko politik, karena publik bisa menilai bahwa "uang rakyat" kembali digunakan untuk menalangi proyek yang seharusnya mandiri.
Di sisi lain, jika tidak ada dukungan fiskal sama sekali, beban bunga yang menumpuk bisa memperlemah kemampuan KAI menjaga stabilitas bisnis yang dimiliki, dan lebih jauh bisa berujung pada kesulitan pembayaran utang korporasi.
Inilah dilema klasik antara menjaga reputasi fiskal negara dan memastikan keberlanjutan infrastruktur strategis.
Meski situasinya berat, bukan berarti semua menghadapi jalan buntu.
Di tengah tekanan utang, Whoosh tetap menyimpan potensi strategis besar bagi ekonomi nasional, asal dikelola dengan cara pandang strategis dan terintegrasi.
Salah satu peluang utama terletak pada pengembangan kawasan transit-oriented development (TOD) di sekitar stasiun-stasiun utama, seperti Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar.
Jika pemerintah dan BUMN mampu mengelola kawasan ini dengan pendekatan komersial, maka Whoosh tidak hanya menghasilkan pendapatan dari tiket, tetapi juga dari sewa lahan, pusat perbelanjaan, perkantoran, hingga properti residensial.
Pendapatan non-tiket inilah yang di banyak negara menjadi penyelamat finansial proyek kereta cepat.
Jepang, misalnya, melalui operator JR East, mampu membiayai sebagian besar operasional Shinkansen dari bisnis properti dan ritel di sekitar stasiun, bukan semata-mata dari tiket.
Model value capture seperti ini juga diterapkan di Taiwan High-Speed Rail (THSR) yang menempatkan TOD sebagai sumber pendapatan jangka panjang dan penyeimbang beban utang.
Selain pengembangan kawasan, efisiensi operasional dan inovasi teknologi menjadi kunci keberlanjutan finansial.
Whoosh harus bertransformasi dari sekadar proyek transportasi menjadi ekosistem bisnis transportasi terpadu.