Selain itu pembagian Larvasida (abate), melakukan deteksi dini / skrining tersangka DBD di masyarakat dan fogging jika ada kasus DBD dengan hasil PE positif.
BACA JUGA:Asyik ! Pj Bupati Apriyadi Beri Hadiah 3 Ponsel Gratis bagi Kepsek Beruntung
BACA JUGA:PEP Prabumulih Field Beri Bantuan 70 Paket Sembako dan Uang Rp10 Juta
Sebumnya, kasus DBD ini mencuat setelah adanaya seorang anak yang dinyatakan meninggal dunia akibat kasus DBD.
Korbanya adalah seorang Bocah warga Limbang Jaya I,Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir yang masih berusia 5 tahun.
Korban dinyatakan meminggal setelah menjalani serangkaian perawatan di salah satu klinik di Indralaya hingga RSMH Palembang.
Menurut penuturan ayah korban Marwah (45), anaknya tersebut sempat mendapat perawatan selama 4 hari dan diaknosa mengalami penyakit tipus.
BACA JUGA:Dedikasi dan Semangat Baru: 19 Pejabat PPPK Resmi Dilantik di Ogan Ilir
BACA JUGA:Lembaga Utama Menyejahterakan Umat Semakin Solid
"Awalnya anak kami ini demam kemudian di bawalah ke Klinik H Syarkowi di Indralaya dan di rawat selama empat hari, lalu dirujuk ke RSMH Palembang hingga kemudian meninggal dunia," ungkapnya Sabtu, 20 Januari 2024.
Marwah mengatakan dirinya membawa anaknya itu pada tanggal 12 Januari 2024 lalu.
"Pihak klinik bilang, bahwa anak kami ada gejala tipus hingga harus dirawat. Setelah empat hari dirawat, tidak kunjung membaik, lalu dirujuk ke RSMH Palembang," paparnya.
Saat tiba di RSMH Palembang, Marwah mengaku, anaknya tersebut langsung masuk ruang IGD dan mendapatkan perawatan khusus dari pihak RSMH Palembang.
"Pada saat itulah dokter bilang ke saya bahwa anak saya ini terserang DBD parah. Harapan hidupnya juga tinggal 5 persen saja," katanya.
Marwah juga menceritakan, bahwa sang dokter RSMH Palembang sempat mengungkapkan kekecewaannya, lantaran pihak yang merawat sebelumnya tidak langsung merujuk.
"Dokter itu sempat bilang kenapa sudah terlambat seperti ini, karena DBD ini kan perlu penanganan khusus," lanjutnya.