Pembuatan kemplang tenggiri membutuhkan ketelitian, terutama dalam memilih ikan yang segar.
Ikan tenggiri segar memiliki daging yang kenyal dan tidak berbau, sehingga menghasilkan kemplang dengan aroma dan rasa yang kuat.
Setelah dicampur dengan tepung dan bumbu, adonan dibentuk bulat pipih, lalu dikukus sebelum dikeringkan dan dipanggang.
“Bagian tersulit adalah saat proses pengeringan. Kalau tidak kering merata, kemplang bisa lembek setelah dipanggang. Kami biasanya jemur selama dua hari penuh di bawah matahari,” jelas Fitriani.
Yang membedakan kemplang tenggiri dari kerupuk lainnya adalah rasa ikannya yang dominan.
Tanpa harus menggunakan banyak bumbu tambahan, rasa alami ikan tenggiri sudah cukup menggugah selera.
Selain itu, teksturnya yang renyah namun tidak terlalu keras menjadikannya cocok dinikmati semua usia.
Biasanya, kemplang disajikan bersama cuka Palembang—saus asam manis pedas berwarna coklat kehitaman yang dibuat dari gula merah, cabai, bawang putih, dan cuka.
Kombinasi antara gurihnya kemplang dan segarnya saus cuka ini menciptakan perpaduan rasa yang unik dan memanjakan lidah.
Dalam beberapa tahun terakhir, kemplang tenggiri tak hanya populer di pasar lokal, tetapi juga menembus pasar nasional dan internasional. Banyak pelaku usaha yang menjual kemplang secara online melalui marketplace dan media sosial.
Beberapa di antaranya bahkan sudah mengekspor ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan mencatat peningkatan permintaan terhadap produk olahan ikan khas daerah seperti kemplang.
Pemerintah daerah juga memberikan dukungan melalui pelatihan, bantuan peralatan produksi, hingga sertifikasi halal dan izin edar untuk pelaku UMKM.
“Kemplang tenggiri adalah produk unggulan daerah yang punya daya saing tinggi. Rasanya khas, dan proses produksinya masih tradisional. Ini bisa jadi nilai jual di pasar global,” ujar Kepala Disperindag Sumsel, Andi Prasetyo.
Meski permintaan terus meningkat, pelaku usaha kemplang masih menghadapi berbagai tantangan, seperti harga bahan baku ikan tenggiri yang fluktuatif serta persaingan dengan produk pabrikan.
Selain itu, perubahan cuaca yang ekstrem juga mengganggu proses pengeringan secara alami.